Bahasa Ibu Sebagai Pengantar
Menurut Ana, siswa-siswi di sekolahnya memang lebih banyak memakai bahasa Kambera dalam berkomunikasi sehari-hari. "Boleh dikatakan sekitar 70 persen. Apalagi siswa kelas bawah. Sehingga boleh mengajar memakai bahasa ibu sudah mengena. Anak-anak jadi lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan," ujarnya.
Mengajar memakai bahasa ibu adalah salah satu terobosan INOVASI untuk sekolah-sekolah yang berada di pedalaman seperti Haharu di Kabupaten Sumba Timur. Sebab sebagian besar anak, terutama pada kelas bawah, memakai bahasa Kambera dalam berkomunikasi sehari-hari.
Beruntung pula Ana berasal dari kawasan itu. Bukan guru dari luar daerah. Setiap hari ia memakai bahasa yang sama sebagai penutur asli. Dengan demikian kesulitan ini bisa tertanggulangi.
Program INOVASI adalah kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia untuk mengidentifikasi dan mendukung perubahan dalam hal praktik pembelajaran, sistem, dan kebijakan pendidikan yang secara nyata mampu mempercepat peningkatan hasil belajar siswa di bidang literasi, numerasi dan keterampilan.
INOVASI berkarya di NTB, Kalimantan Utara, Jawa Timur dan NTT. Di NTT ia berkarya di Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya dan Kabupaten Nagekeo.
"Ini semua berkat INOVASI yang ajari kami mengajar memakai bahasa daerah. Juga cara mengajar, mengenal huruf dan menggabung huruf. Sebelum INOVASI datang, kami hanya mengajar abjad 'a-i-u-e-o' setiap hari kepada siswa. Jadi anak-anak bosan dan lambat mengerti karena pakai bahasa Indonesia waktu mengajar," kata dia.
"Kalau pakai bahasa sini (Kambera) anak-anak lebih berani menjawab. Faktor bahasa tidak lagi menjadi kendala," ujar Ana lagi.Â
INOVASI melanjutkan program pendidikan dasar dengan basis bahasa ibu di Kabupaten Sumba Timur semenjak diterapkan pada Fase I (2017-2019).
Dalam kajian INOVASI, cara ini ternyata memberi hasil positif. Anak-anak menjadi lebih percaya diri dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya dalam pembelajaran. Hasil belajar mereka pun meningkat.
"Biasanya saya mengajar pakai bahasa sini (ibu) dulu. Kemudian nanti saya campur dengan Bahasa Indonesia. Pengalaman selama ini memang anak-anak lebih bisa menjawab kalau (memakai) bahasa daerah. Mungkin ee, karena setiap hari di rumah, bermain dengan teman, mereka memakai bahasa Kambera," jelas Ana.