"Sebenarnya siswa ada 17 orang. Tapi 3 anak sakit, yang lain tanpa kabar. Ada yang sudah berbulan-bulan tidak masuk. Mungkin ikut orang tuanya berjualan ke Waingapu," kata Ana.
Para murid kelas 1, dan kelas-kelas yang lain juga, datang dari kampung-kampung di sekitar sekolah. Antara lain dari kampung Walakari, Tanarara dan yang paling jauh adalah dari Desa Talicu, yang berjarak 5 km dari sekolah.
"Paling dekat sudah itu sekitar 1 km. Jalan kaki tiap hari. Ada juga yang diantar pake motor kalau orang tuanya ada motor. Ada yang tinggal 5 km dari sekolah. Mereka jalan kaki ke sini," jelas Ana lagi.
Setelah kelas tenang, Ana melanjutkan pelajaran. Ia menunjuk gambar pada selembar kertas manila yang ditempel di white board di depan kelas tentang 'pengalaman yang menyenangan'.
Hari itu kelas akan belajar tentang pengalaman yang menyenangkan bersama keluarga di rumah. Enam gambar ayah, ibu dan dua anak mereka yang sedang merubung meja makan dan bekerja ditampilkan di papan.Â
Gambar-gambar ini disiapkan sendiri oleh Ana sebagai bahan mengajar. Pada papan tulis, juga dicatat tema dan subtema, materi serta tujuan pembelajaran hari itu.
Masih dalam bahasa kambera, Ana bertanya kepada siswa-siswinya: "Ini gambar apa?"
"Orang," seorang murid berteriak lantang.
"Bapak," sahut yang lain.
"Ibu," jawab seorang siswi.Â