Tetapi sejak awal orang sudah skeptis soal masa depan Hotel Marauw. Terutama karena lokasinya yang jauh dari Bali dan Jawa yang menjadi pusat pariwisata ketika itu.Â
Terbukti selama dua tahun awal sejak soft opening, tingkat huniannya hanya lima persen. Padahal Marauw memiliki 6 lantai dengan 268 kamar. Semua menghadap ke pantai.
Kondisi ini membuat Hotel Marauw limbung. Manajemen berganti. Tapi tulang punggungnya, yakni kunjungan wisatawan, sudah remuk.Â
Mereka stop beroperasi sejak Juli tahun 2000 dengan utang mencapai Rp 674 milyar. Bahkan selama 10 bulan jelang ditutup, gaji pegawai yang tersisa tidak pernah dibayar.
Pemerintah Papua sempat berencana untuk menjual hotel tersebut kepada investor dari Amerika dan Australia untuk selanjutnya direnovasi dan menjadi hotel dan kasino, tetapi rencana tersebut ditolak masyarakat luas dan para aktivis sehingga rencana itu tidak menjadi kenyataan.Â
Upaya lainnya adalah membuka kembali penerbangan Biak-Honolulu untuk membangkitkan pariwisata di daerah tersebut, juga tidak terwujud.
Kegagalan tersebut menutup peluang Hotel Marauw bangkit kembali. Hotel Marauw dibiarkan mangkrak. Ditumbuhi semak-semak liar.Â
Bangunannya dibongkar masyarakat. Dipreteli besi-besi dan segala isinya. Tahun 2008 Biak Beach Marauw atau yang dikenal sebagai Hotel Marauw tinggal nama.
Kalau sekarang Anda berkunjung ke sana, hanya ada telaga penuh lumut bekas kolam renangnya!
Catatan: Foto-foto saya ambil dari internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H