Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial, maupun spirilitual dan emosionalnya sesuai dengan hakikat pendidikan. Hal ini yang dimaksud agar peserta didik pada akhirnya dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan dalam kehidupan.
Ki Hajar Dewantara dalam sistem omongnya menyebutkan tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu yaitu " Ing angarso sung Tulodo, ing madyo mangun karso, dan tutwuri handayani." ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat membenci contoh, harus memberikan pengaruh terhadap peserta didik.
Oleh karenanya, guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani dan sosial sesuai dengan tujuan yang dimaksud yaitu agar peserta didik pada akhirnya dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi insan dewasa. Peserta didik tidak dapat di pandang sebagi objek semata yang harus patuh kepada kehendak dan kemauan Guru.
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan dan perbedaan. Melayani orang yang beragan sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenanyang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil.Â
Guru bekerja berdasarkan kompetensi dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat di perlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak di kerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua perananya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H