Mohon tunggu...
Fauzan Ady
Fauzan Ady Mohon Tunggu... Programmer - Seorang Mahasiswa

Jangan menjauh dari kata menulis.Bermainlah dengan imajinasimu. ig : @fznady Pemilik : http://www.alexasoryu.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu "Zaman Old Vs Ibu Zaman Now"

3 Januari 2018   01:34 Diperbarui: 3 Januari 2018   01:42 2459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngomongin soal Ibu, pastinya setiap orang punya ceritanya sendiri-sendiri. Akan tetapi cerita saya pastinya berbeda dengan cerita anda. Penasaran? Yuk simak cerita singkat yang saya tulis ini. Apasih Zaman Now? Istilah yang sedang menjadi trending topic di era 2017 ini yang berarti jaman sekarang banyak melahirkan kisah-kisah seru. Contohnya nih, saya punya seorang Ibu yang menjadi sosok tangguh dalam keluarga saya. Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Ibu di Zaman Old bagi saya adalah seorang manusia yang banyak sekali melontarkan nasihat-nasihat yang tiada habisnya diberikan kepada saya, anaknya ("Iyalah anaknya, kan saya lagi nyeritain Ibu saya"). Banyak sekali kesalahan-kesalahan yang saya lakukan di Zaman Old ("Cie sok gaul") kesalahan yang mungkin tidak saya sadari hingga seringkali menusuk hati Ibu. Kalau ngomongin Ibu saya di Zaman Old ("Lah bahasanya kok  tiba" gaul bang") panjang kali ceritanya, singkatnya gini nih, Ibu saya tuh sosok yang Feminim kalau lagi diem ("Ya iyalah feminim orang lagi diem,bisa ae lu bang") terus dia tuh galak, kenapa? 

Ibu saya kalau lagi ngomel nggak ngeliat siapa yang salah, yang penting Ibu saya bisa ngelontarin nasihat dan lucunya ketika saya diam tak melakukan suatu kesalahan apapun yang kena sasarannya siapa? tentu saja saya. Contohnya nih, Ibu saya naruh gelas di atas meja tetapi naruh posisinya terlalu pinggir, nah pada saat itu posisi saya ada di sebelah meja sedang menonton TV terus Ibu saya tiba-tiba lewat gusrah-gusruh nggak tau kenapa tangannya menyenggol gelas, nah otomatis gelasnya jatuh tuh ("Pyarr!"). Udah tau sendiri kan siapa yang bakal diomelin.... siapa lagi kalau bukan saya ("Ingin mulut berkata Indah, rasanya...") yang lagi duduk disebelahnya. 

Ya saya maklumi mungkin Ibu lupa siapa yang naruh gelas di posisi itu, masa ya saya balik ngomel ke Ibu dengan kalimat yang nggak jelas ("Durhaka nak"). Terus ngomongin Ibu di Zaman Old lagi nih, dulu saya di Zaman Old suka berantem sama temen, dan lucunya saya berantem cuman masalah koin Rp 500,00. Saya dengan teman saya debat mengenai siapa yang punya koin tersebut dan akhirnya yang kalah adalah saya, saya nangis tuh ngaduin hal tersebut ke Ibu. Dan kalian tau apa yang Ibu lakukan? Ibu nggak peduli siapa yang salah dan siapa yang benar, dia selalu memberi nasihat kepada keduanya agar mereka sadar apa yang mereka lakukan itu salah.

Ngomongin cerita di Zaman Old nggak ada habis-habisnya mulai dari "makan nasi nggak habis,dipatuk ayam lah", "main sore hari menjelang maghrib digondol wewe lah","Kuku panjang nggak dipotong diculik genderuwo lah" dan masih banyak istilah-istilah lucu lain yang dilontarkan oleh Ibu. Ibu Zaman Old bagi saya adalah sosok tangguh,penyabar, juga pelindung yang selalu ada di sisi saya. Lantas apa bedanya dengan Ibu di Zaman Now? Nah gini nih, di zaman sekarang pemikiran saya semakin dewasa seiring dengan berjalannya waktu. Saya udah mulai masuk kuliah dan perhatian dari Ibu saya juga sudah berubah karena Ibu saya yakin kalau saya sudah bisa mengatur diri sendiri, udah bisa mengontrol mana yang baik mana yang buruk bagi masa depan saya nantinya. 

Di era modern ini Ibu saya juga udah mengenal apa itu namanya teknologi mulai dari sosial media lah, chatting lah , smartphone lah , dsb. Nah ngomongin soal chatting saya ada sedikit cerita yang pengen saya share. Jauh dari rumah adalah hal yang biasa bagi anak kuliah. Keinginan nggak bakal bisa selalu terpenuhi seperti jaman saya masih anak-anak, saat saya masih tinggal di rumah yang nyaman,tentram, dan aman. Kehidupan saya jauh berbeda ketika pertama kali masuk kuliah sampai saat ini. Jauh dari rumah, jauh dari orang tua, jauh dari perhatian, itulah yang saya rasakan saat tinggal di daerah yang berbeda. 

Walaupun jauh dari semua itu, saya tetap bersyukur untungnya saya sudah mengajarkan kepada orang tua saya bagaimana menggunakan smartphone terutama Chatting ("Gw sensorin dikira promo"). Chatting bagi saya adalah aplikasi wajib yang ada dalam smartphone saya maupun Ibu saya, karena komunikasi saya nggak pernah putus berkat aplikasi ini. Ketika saya sakit dan saya minta masukan dari Ibu saya lewat aplikasi ini, Ibu saya dengan cepatnya merespon pesan dan tanpa buang'' waktu Ibu saya langsung video call. Lewat sinilah bentuk perhatian Ibu saya di Zaman Now, dan di zaman ini giliran saya yang ngelindungi Ibu saya dari buruknya pengaruh sosial media dalam kehidupan, makanya saya nggak ngajarin tuh maen sosmed-sosmed di dunia maya. 

Hal yang paling menyentuh adalah ketika di Zaman Old Ibu saya mungkin menganggap saya adalah sosok anak yang biasa-biasa saja, tanpa menaruh suatu harapan ke saya.Tetapi di Zaman Now Ibu saya seketika berubah, ia menaruh harapan besar bahwa anaknya akan menjadi sosok orang yang sukses yang bisa membahagiakan kedua orang tuanya (Amin....). Betapa besarnya kebaikan ibu sampai saya nggak bisa mengatakan apa-apa dibalik pengorbanannya. Oh iya saya lupa ngomong sesuatu, sebenarnya Ibu saya adalah tulang punggung keluarga, ia adalah sosok yang menghidupiku mulai dari SMA sampai detik ini. 

Hal yang sangat saya sayangkan adalah dari Zaman Old sampai Zaman Now saya belum bisa mengatakan kalau saya bisa membahagiakan Ibu, seseorang yang spesial yang diciptakan oleh Tuhan untukku. Sosok yang percaya mesti kita mengatakan kebohongan. Sosok penyabar walaupun kita berbuat salah sebesar apapun. Sosok tangguh yang rela menghidupi anaknya demi menggapai kesuksesan. Sosok yang berjuang dibalik layar kehidupan saya tanpa saya ketahui rintangan-rintangan yang selalu ia hadang.

Mungkin terlambat saya menuliskan artikel ini karena hari ibu sudah lama lewat, akan tetapi jika Ibu benar-benar membaca ini pada saat hari Ibu datang, saya menceritakannya tepat dihadapan Ibu dengan membawa sebuah bunga indah dan mengeluarkan semua pikiran yang ada dalam benak yang selama ini saya pendam. Campur aduk perasaan Ibu pastinya mendengar kisah nan haru mengenai perjuangannya membesarkan saya selama ini tanpa ada rasa mengeluh setiap harinya. Ingin ku berkata "Selamat hari ibu!" di setiap hari-harinya. Karena bagi saya hari Ibu bukan hanya saat "Hari Ibu di Kalender" melaikan sepanjang hari adalah hari Ibu karena kebaikannya tidak pernah berhenti setiap waktu.

Terima Kasih Ibu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun