Berbicara tentang pulau nias yang ada di provinsi Sumatra utara tidak lepas dari lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar di wilayah pedalaman, terutama di Teluk Dalam (Nias Selatan), Onolimbu (Nias Barat), dan di tempat lain hingga saat ini, menunjukkan bahwa orang-orang Nias kuno hidup dalam budaya megalitik (batu besar).
Pulau Nias terkenal oleh kearifan lokalnya yang berbeda dengan pulau lain. Sebelum lebih lanjut kita bahas sedikit mengenai apa itu kearifan lokal. Menurut Sri Suwarningsih dan David Samiyono (2014) Kearifan lokal (local genius/local wisdom) merupakan pengetahuan lokal yang tercipta dari hasil adaptasi suatu komunitas yang berasal dari pengalaman hidup yang dikomunikasikan dari generasi ke generasi. Salah satu tradisi paling terkenal di Pulau Nias adalah Lompat Batu (Hombo Batu). Namun, kearifan lokal pulau ini mencakup pariwisata, adat istiadat, rumah adat, pakaian adat (pakaian perang dan pernikahan), musik, makanan, dan industri pertanian.
Ruang lingkup kearifan lokal masyarakat Nias terdapat pada beberapa aspek. Yaitu, Local Wisdom (kebijakan lokal), Local Knowledge (pengetahuan setempat), dan Local Genius (kecerdasan setempat). Kebijakan lokal adalah ruang lingkup yang berlandaskan kebijakan, dan dapat didefinisikan sebagai kemahiran akan konsep dan azaz yang menjadi garis besar dan dasar rencanadalan pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak dalam pernyataan tujuan, prinsip, cita-cita, atau maksud dari garis pedoman untuk manajemen dalam upaya mencapai sasaran. Pengetahuan lokal dapat didefinisikan sebagai semua yang diketahui dan berkaitan dengan kehidupan manusia dalam masyarakat lokal. Kecerdasan lokal, juga dikenal sebagai "kecerdasan lokal", mencakup spektrum kecerdasan yang mencakup kesempurnaan perkembangan akal budi, serta kecerdasan yang berkaitan dengan perasaan dan kepedulian yang ditunjukkan oleh orang-orang, makhluk alam, dan Tuhan dalam tindakan masyarakat lokal.
Walaupun ribuan tahun yang lalu, masyarakat di Nias masih menggantungkan diri pada alam (hewan, buah-buahan yang ada di hutan), saat abad ke 11 masyarakat sudah mulai berproses dalam mata pencaharian untuk kebutuhan mereka. Kearifan lokal dari Nias ini dari segi Mata pencaharian masyarakat Nias ada beberapa bidang diantaranya yaitu 1) Berburu, Sistem kepercayaan terlibat dalam pekerjaan ini. Mereka meyakini bahwa BELA adalah pemilik semua binatang di hutan, jadi ritual perburuan selalu didasarkan pada memberikan persembahan kepada Bela. Di lokasi ritual, siraha ditempatkan sebagai simbol illah yang diyakini. Berburu ini tidak selalu dilakukan secara individu, tetapi seringkali dilakukan dalam kelompok. 2) Bertani, Selain kelapa yang banyak ditanam di tepi pantai, orang Nias sudah mengenal sistem pertanian ladang pada abad ke-17. Baru pada abad ke-18 dan 19 sistem pertanian sawah berkembang. Pada zaman dahulu, penggarapan tanah tergantung pada kemampuan seseorang. Namun, seiring berjalannya waktu, kepemilikan tanah ditata melalui sistem tanah adat. 3) Beternak, Ternak babi adalah salah satu ternak piaraan yang telah ada sejak lama di masyarakat Nias dan menjadi tradisi. Ini sangat penting untuk kebiasaan dan ritual agama lama. 4) Nelayan, Tidak banyak masyarakat di pinggir laut yang bekerja sebagai nelayan; di pulau Nias, ini dahulunya dilakukan oleh pendatang (minang dan aceh), baru kemudian orang Nias sendiri yang bekerja sebagai nelayan.
Analisis data harus dilakukan untuk meningkatkan kearifan lokal produk Nias mengenai sifatnya dan kemungkinan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya peningkatan nilai tambah produk lokal Nias disebabkan oleh kurangnya informasi karakteristik material yang tersedia, sehingga pemanfaatannya terbatas.
Kali ini kita akan berbicara tentang pertanian di Pulau Nias. seperti tanaman pangan, buah, sayur, dan tanaman perkebunan adalah tanaman utama di banyak lahan pertanian di pulau Nias ini. Varietas yang ditanam cukup beragam, termasuk jagung, padi, pisang, durian, rambutan, kakao, kelapa, karet, dan berbagai jenis sayuran. Berbicara tentang pertanian akan memiliki pembahasan yang sangat luas. Dari mulai pertanian sistem konvensional hingga sistem pertanian modern atau berkelanjutan.
Pertanian di daerah Nias Sumatera utara masih dominan dengan pertanian tradisional. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, pertanian di daerah Nias mengalami perubahan. Perubahan ini dari pertaniaan tradisional menjadi pertanian berkelanjutan, modern dan juga sudah menggunakan teknologi. Banyak orang mulai menggunakan pertanian organik, termasuk hidroponik, dan mulai menggunakan rumah hijau untuk budidaya. Hal ini tidak hanya terjadi di seluruh kota, tetapi juga di daerah kecil. Ini adalah akibat dari kecepatan informasi yang cepat di era modern. Perkembangan Pulau Nias, terutama di bidang pertanian, didorong oleh dukungan pemerintah. Hidroponik saat ini sudah mulai diterapkan oleh beberapa waarga di sumatera utara terutama di Nias, hidroponik ini dilakukan untuk kebutuhan sayuran hijau yang banyak di sukai oleh masyarakat. Sistem tanam ini juga didukung oleh kementerian pertanian sebagai langkah memperkuat ketahanan pangan.
Pertanian Pulau Nias mungkin kurang dibidang teknologi dibandingkan dengan Pulau Jawa, tetapi beberapa tanaman memiliki kualitas dan produksi yang kompetitif, seperti kelapa dan durian. Meskipun pertaniannya sederhana dan tidak menggunakan teknologi canggih, produksi kelapa Pulau Nias cukup terkenal di perkebunan Indonesia.
Saat ini (2024) selain sudah mulai menggunakan sistem hidroponik, pertanian di kepulauan nias sudah mulai menggunakan sistem pertanian organik. Masyakarat nias gunakan air laut dan air kelapa sebagai pupuk di lahan pertanian. kegiatan pertanian organik ini juga mendatangkan seorang mentor yang sudah berpengalaman dari untuk mengarahkan para petani agar mampu memanfaatkan lahan pertaniannya secara intensif dan organik sebagai nilai tambah ekonomi dan penyelamatan lingkungan untuk menunjang keberlanjutan mata pencaharian masyarakat (Panut Hadisiswoyo).