Mohon tunggu...
Alexandra Citra
Alexandra Citra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IISIP Jakarta

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cerita di Balik Badut Ibu Kota

2 Juli 2021   13:22 Diperbarui: 3 Juli 2021   00:12 1809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di usianya yang 15 tahun ini Galih kadang merasa lelah karna harus bekerja membantu orang tuanya. Galih menginginkan dirinya seperti anak remaja pada umumnya yang masih bisa bermain tanpa harus memikirkan uang.

"Saya saja gak punya HP Kak, saya pengen bisa main-main aja kaya anak-anak lain, tapi nanti kasian bapak ibu yang sudah tua," ungkap Galih. Tanpa mengenal hari libur, Galih setiap harinya melakukan pekerjaan menjadi badut ini. Dirinya akan mengitari daerah Tebet, mencari tempat-tempat ramai yang bisa memberikannya rejeki. Namun peruntungannya akan berubah jika hujan turun.

Galih terpaksa harus berteduh, agar kostum badut sewaannya itu tidak basah. Syukur-syukur kalau hujan hanya turun sebentar, Galih dapat berkeliling kembali. Tapi jika hujan turun deras seharian, maka Galih tidak bisa melanjutkan pekerjaannya.

Galih mengatakan, "Kalau hujan saya biasanya males, karna saya gak bisa keluar buat keliling. Kalau dipaksakan kostumnya basah bakalan tambah berat. Gak kuat saya."

Menjadi badut jalanan gampang-gampang susah. Suka dukanya banyak. Paling menyenangkan, apabila yang yang dihiburnya tertawa. "Terkadang, ada yang menghampiri. Kemudian meminta berfoto, nanti saya dikasih uang. Seikhlasnya," ucapnya.

Pengalaman pahit juga ada. Suatu ketika, Galih sedang asyik melambai-lambaikan tangan. Lalu seorang oknum pengamen menghampiri. Tanpa rasa curiga, Galih membiarkannya mendekat. Ternyata, dia hanya tertarik dengan celengan yang terkalung di leher Galih

"Dia (oknum pengamen), berlagak hendak memberikan uang. Tahu-tahunya malah mengambil uang di dalam celengan, kemudian melarikan diri", tuturnya.

Berbekal pengalaman itu, apabila malam tiba, Galih pun harus ekstra waspada. Salah satunya dengan berpindah-pindah tempat. "Kalau tidak ke tempat yang lalu lintasnya ramai, ya di sebuah tempat yang terang benderang," bebernya.

Lagi-lagi, Galih tampak menyeka peluh yang mengucur di wajahnya. Maklum, di dalam kostum badut, menurutnya sangat panas. "Kostum yang saya kenakan terdiri dari tiga lapisan. Saya hanya mampu bertahan selama satu jam di dalam sini," ungkapnya, kemudian terkekeh.

Galih, seorang anak remaja yang murah senyum, berhati lapang dan anak yang berbakti. Tak ada keluh kesah yang keluar dari mulutnya. Seorang remaja yang dengan ikhlas mengorbankan masa remaja yang harusnya diisi dengan bermain, belajar dan mengenal hal-hal baru demi membantu perekonomian keluarganya.

Walaupun di usianya yang masih sangat muda ini, Galih terlihat bersemangat dan optimis. Menurutnya, rezeki akan menghampiri selama sesorang mau berusaha. "Rezeki gak akan ke mana kak, yang penting usahanya," pesannya. (ctr)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun