Pelemahahan dan ketidakpastian ekonomi global yang tak kunjung bergerak ke titik keseimbangan baru yang lebih baik, berdampak negatif pada melemahnya perekonomian Indonesia di hampir dua tahun terakhir ini. Jika berkaca pada perekonomian nasional yang masih didominasi oleh sektor-sektor yang bersifat sumber daya alam atau komoditi, melemahnya kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi logis ditengah ketidakpastian dan perlambatan perekonomian global.
Dari berbagai informasi terkait perkembangan ekonomi global terkini, ketidakpastian global ini akan berlangsung cukup lama. Hal ini semakin terasa ketika China mendevaluasi nilai mata uangnya beberapa waktu lalu, yang semakin menegaskan adanya
currency war di lingkup ekonomi global. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perekonomian Indonesia tidak bisa lagi hanya bergantung pada sektor-sektor komoditi atau sumber daya alam. Sudah saatnya perekonomian nasional ditopang oleh sektor-sektor non komoditi, salah satunya adalah sektor
pariwisata yang tidak begitu terpengaruh oleh pelemahan ekonomi global.
Ketidakpastian Ekonomi Global Tidak Begitu Pengaruhi Kinerja Pariwisata Indonesia.
Ketidakpastian perekonomian global hingga saat ini, berawal dari krisis "Subprime Mortgage" di Amerika pada tahun 2008. Sepanjang krisis atau ketidakpastian global, pariwisata Indonesia tampak tidak begitu terpengaruh dengan gejolak ekonomi global.
Salah satunya terlihat dari kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang terus meningkat dan bertumbuh dari tahun ke tahun. Begitu juga jika dilihat dari perkembangan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan, rata-rata lama tinggal dan penerimaan devisa yang tidak begitu terpengaruh terhadap perkembangan ekonomi global. Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sektor pariwisata merupakan salah satu dari 5 (lima) penyumbang devisa terbesar dalam kurun waktu tahun 2009-2013[1], selain minyak dan gas bumi, batu bara, minyak kelapa sawit dan karet olahan.
Sektor pariwisata yang tidak begitu terdampak akibat goncangan dan ketidakpastian ekonomi global juga terlihat dari data kunjungan wisman ke beberapa negara di asia tenggara, seperti Thailand, Malaysia dan Singapura. Di sepanjang tahun 2008 hingga 2013, sektor pariwasata di ketiga negara tersebut masih mampu bertumbuh dari tahun ke tahun[2]. Berbagai fakta diatas, semakin menguatkan bahwa sektor pariwisata yang tidak begitu terdampak akibat goncangan dan ketidakpastian ekonomi global dan sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang harus digarap serius oleh pemerintah ditengah pelemahan harga komoditi yang tak kunjung mencapai titik keseimbangan yang lebih baik, baik dari sisi kebijakan maupun alokasi belanja anggaran. Sektor ini harus digarap serius, tidak hanya sebatas dokumen “sektor unggulan” dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
(RAS)
[1]http://www.parekraf.go.id/userfiles/file/Ranking%20Devisa%20Pariwisata%202009%20-%202013.pdf , diunduh tanggal 12 Agustus 2015 pukul 14.55
Lihat Money Selengkapnya