Nabimu bukan Nabiku
Kata "Nabi" bukanlah milik agama tertentu saja tetapi milik beberapa agama Abrahmik seperti Yahudi, Kristen, Mandaeisme, Islam, Baha'i dan Gerakan Rastafari. Nabi dalam agama Kristen, Mandaeisme, Islam, Baha'i dan Gerakan Rastafari bisa disebut merujuk kepada Agama Yahudi, maksudnya Nabi-nabi dalam agama-agama tersebut hampir semuanya dari suku/berdarah Yahudi.Â
Hanya beberapa Nabi yang bukan orang Yahudi. Dalam Islam misalnya Nabi Muhammad SAW adalah orang Arab. Dalam agama Baha'i misalnya Zarathustra dan Bah'u'llh (pendiri Kepercayaan Baha'i) adalah orang Persia. Sementara Nabi bagi Kristen semunya orang Yahudi.
Dari keenam agama di Indonesia hanya Hindu dan Budha yang tidak mengenal (kata) Nabi, sementara konghucu, Kristen Katolik, Protestan dan Islam mengenalnya. Hindu dan Budha tentu saja mengenal sosok yang dapat disetarakan dengan Nabi dalam kualitasnya; Hindu memiliki Maha Rsi dan Budha memiliki Sidharta Gautama, dll.
Bagi agama Khonghucu Nabi disebut Sheng Ren. Sheng atau Nabi atau orang suci mengajarkan tentang Tian Dao (hubungan manusia dengan Pencipta alam semesta). Mereka juga dipastikan berakhlak mulia dan bijaksana. Nabi pertama adalah Nabi Fu-Xi (2953-2838SM) dan yang terakhir adalah Nabi Kong Zi/Khongcu (551-479 SM) dan Rasul Meng Zi [Mencius] (372-289). Nabi dalam agama ini berjumlah 22 orang.
Bagi agama Kristen Nabi didefinisikan sebagai orang yang mewartakan pesan (nubuat) yang diterimanya dari Tuhan. Mereka dijuluki "Mulut Tuhan". Mereka berjumlah sekitar 72 orang. Ke-72 Nabi ini semuanya merujuk kepada Nabi dalam Agama Yahudi walau ada beberapa dari Nabi itu tidak disebutkan sebagai Nabi dalam (Kitab) Yahudi seperti Habel, Henokh, dan Yohanes Pembabtis. Dari ke-72 Nabi ini juga ada beberapa nama mendapat pengakuan berbeda apakah dia disebut seorang Nabi atau tidak. Tobit, Yudit, Makabe, Yohanes Patmos misalnya tidak semua denominasi Kristen mengakuinya sebagai Nabi.
Bagi agama Islam Nabi adalah orang yang menjadi pilihan Allah untuk menerima wahyu agar disampaikan kepada orang lain. Kepada mereka dianugerahkan kesucian dan akal yang kuat sehingga terhindar dari segala kesalahan dan kemaksiatan yang mengakibatkan dosa. Islam mengakui 25 Nabi yakni Nabi Adam As., Nabi Idris As., Nabi Nuh As., Nabi Hud As., Nabi Saleh As., Nabi Ibrahim As., Nabi Luth As., Nabi Ismail As., Nabi Ishaq As., Nabi Yaqub As., Nabi Yusuf As., Nabi Ayyub As., Nabi Syu'aib As., Nabi Musa As., Nabi Harun As., Nabi Zulkifli As., Nabi Daud As., Nabi Sulaiman As., Nabi Ilyas As., Nabi Ilyasa As., Nabi Yunus As., Nabi Zakaria As., Nabi Yahya As., Nabi Isa As., Nabi Muhammad SAW. Dalam Islam, masih ada "Nabi" yang tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, tetapi disebutkan dalam Hadits, seperti Yusya (Yusya' bin Nun), dan sebagian lagi tidak disebutkan oleh Al-Qur'an dan Hadits, tetapi menurut pemikiran ulama dan cendikiawan Islam seperti Luqman (Luqman al-Hakim), juga ada beberapa yang tidak disebutkan dalam Al-qur'an dan Hadits, tetapi diisyaratkan, baik oleh Al-Qur'an maupun Hadits, seperti Danyal, Irmiya, Asya'ya (Ishaia).
Dari penjelasan singkat di atas jelas bahwa:
- Nabi bukan milik suatu agama namun beberapa agama.
- Definis Nabi tidak sendirinya sama untuk semua agama, melainkan berbeda.
- Hal itu terbukti dari bahwa nama (sosok) yang sama dianggap Nabi untuk agama tertentu dan tetapi tidaklah demikian untuk agama lain. Sebagai contoh Adam dan Nuh bukan termasuk golongan Nabi dalam Yahudi dan Kristen sementara dalam Islam diakui sebagai nabi.
- Jumlah Nabi pada agama-agama tersebut di atas berbeda-beda, ada berjumlah 22, 25 72, dll. Mungkin jumlah pasti keseluruhan Nabi dari semua agama tidak ditahui oleh siapapun.
- Agama-agama yakin bahwa masa kenabian sudah berakhir, Nabi tidak akan bertambah lagi. Bagi orang Kristen Yesuslah Nabi Terakhir. Ia alfa dan omega. Bagi Islam Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir. Bagi Agama Bahai, Nabi Bah'u'llh (Hidup pada abad 19) adalah Nabi (Terakhir) dan dalam kepercayaannya masih menanti Nabi akhir zaman. Kebanyakan kita percaya bahwa Nabi baru tidak akan ada lagi. Namun bagaimana jika ada orang (tidak seagama dengan saya dan anda) mengakui bahwa ada atau akan ada Nabi Baru? Apakah kita bisa mengatakan orang itu salah? Tentu saja tidak, kecuali kita sok benar. Karena ber-iman dan mengatakan imannya adalah Hak Azasi seseorang. Kita tidak bisa membatasi Iman dan kepercayaan orang lain apalagi menyalahkannya dan melarangnya. Hal lain adalah bagaimana jika Tuhan benar-benar mengirim Nabi baru lagi sesuai dengan rencanaNya demi kebaikan manusia? Tentu saja kita tidak bisa mengerti maksud dan rencana Tuhan. Tidak pantas pula jika kita mengukur rencana Tuhan. Apa yang kita percayai sekarang hanya bisa kita pegang teguh, tatapi Tuhan melampaui apa yang kita imani.
Siapa Nabi terakhir bagi (agama) anda? Sudah pasti kita berbeda. Berapa Nabi menurut (agama) anda? Sudah pasti kita berbeda. Jadi perihal Nabi ini adalah urusan iman dan agama masing-masing! Tidak perlu membanding-bandingkan untuk mencari mana yang lebih benar. Sikap yang harus kita tunjukkan adalah teguh pada apa yang kita imani dan menerima apa yang diimani sesama sebagai kebenaran baginya. Dengan cara inilah damai di bumi seperti di dalam surga perlahan-lahan terjadi. Semoga kita semakin dewasa dalam iman dan melihat iman sebagai jalan untuk mewujudkan damai.
Damai Bagimu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H