Mohon tunggu...
Alexander Silaen
Alexander Silaen Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Peziarah damai

Di JPIC (Justice, Peace and Integrity of Creation) Kapusin Medan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berdoa Bersama, Toleransi Kebablasan

18 Maret 2021   16:54 Diperbarui: 18 Maret 2021   22:18 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umat agama-agama berbeda tidak mungkin "berdoa bersama" melainkan "sama-sama berdoa."

Dalam mengikuti acara kebersamaan yang dihadiri umat agama-agama berbeda, dan saya pernah juga terlibat menjadi pemimpin doa, biasanya doa dibawakan setidaknya dengan 3 cara:

Pertama, seorang pemimpin doa maju ke depan dan membacakan doa menurut agamanya. Apakah doa ini atas nama semua hadirin atau hanya mereka yang seagama dengan pemimpin doa saja?

Kedua, semua tokoh agama berbeda maju ke depan (panggung) namun hanya seorang dari antara mereka yang ditunjuk memimpin doa (sebagai perwakilan). Pemimpin doa ini mengajak semua hadirin berdoa menurut keyakinan masing-masing, namun ia membacakan doa menurut cara agamanya, dibantu alat pengeras suara. Doa itu didengar oleh semua hadirin. Apakah praktek ini bisa disebut berdoa menurut ajaran agama masing-masing?

Ketiga, semua tokoh agama berbeda yang diminta memimpin doa maju ke depan. Mereka secara bergantian membacakan doa seturut cara agamanya masing-masing. 

Pada saat pemimpin agama Islam memimpin doa, semua muslim berdoa dan sementara umat agama lain menunjukkan sikap hormat, menunggu gilirannya berdoa. 

Pada saat pemimpin agama kristen berdoa umatnya berdoa dan penganut agama lain menunggu giliran, demikian bergiliran untuk semua agama. Semua hadirin akan berdoa pada gilirannya. Perlukah semua hadirin mendengarkan semua doa agama-agama lain?

Kalau harus memilih satu dari ketiga cara ini, cara ketiga jauh lebih dapat diterima, karena semua mendapat porsi doa masing-masing. Namun apakah cara ini sudah terbaik? Pasti cara ini tidak berkenan kepada semua orang. Apakah praktek ini bentuk toleransi yang tepat? Adakah cara lain yang lebih baik untuk dilakukan? Menjawabnya bisa kita awali dengan mendalami arti/muatan doa menurut setiap agama.

Hindu. Doa disebut mantra, dari kata man dan tra. Man berasal dari manana artinya berpikir tentang Tuhan dan trana artinya bebas dari belenggu, kesengsaraan, penderitaan dsb. Jadi doa atau mantra artinya berpikir tentang Tuhan agar bebas dari belenggu.

Budha. Berdoa bisa disebut pujabhatti/pujabakti di mana terdapat membacakan paritta dan sutta, meditasi, mendengar ceramah untuk diresapi dan direnungkan lantas dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, bersahabat serta bermasyarakat. Dengan meditasi akan dicapai ketenangan pikiran/batin yang membuat bahagia, mengatasi masalah dan bahkan sembuh dari sakit.

Khonghucu. Sebelum menyampaikan doa, dupa dinaikkan diiringi kidung, kemudian ditancapkan pada altar sembahyang, lalu mulai berdoa dengan khusuk. Doanya biasanya bersifat memohon, petunjuk, pengharapan, penyembuhan dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun