Uang merupakan aset yang dapat didayagunakan sebagai alat transaksi terkait pembayaran barang, jasa, maupun hutang (Mankiw, 2003). Adapun tujuan fundamental penciptaan uang dalam sistem ekonomi untuk mempermudah pertukaran barang dan jasa serta mempersingkat waktu dan usaha yang dibutuhkan dalam melakukan perdagangan.Â
Dengan demikian, uang berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah dan berlaku di masyarakat atas kesatuan hitungnya (Sayers, 1960). Selain sebagai alat tukar dan satuan hitung, uang berfungsi alat penyimpan nilai (aset) dengan maksud mengalihkan daya beli dari masa kini pada masa mendatang.Â
Namun dalam praktek riilnya, nilai tukar uang yang merupakan kapabilitas dan daya tarik utamanya selalu mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Dalam finansial, fenomena ini dapat diukur menggunakan pendekatan nilai tukar terhadap waktu (Time Value of Money).Â
Konsep nilai tukar terhadap waktu pertama kali diperkenalkan oleh Martin de Azpilcueta pada abad ke-16 yang menekankan pada kapabilitas nilai tukar uang yang dihasilkan di masa kini lebih berharga bila dibandingkan pada masa mendatang untuk jumlah nominal yang sama. Hal ini serupa dengan ungkapan "dulu Rp 500 bisa digunakan untuk membeli semangkuk bakso dan sekarang hanya bisa dipakai untuk membeli 1 butir permen".Â
Fenomena ini terjadi disebabkan oleh 2 hal yaitu inflasi dan potensi. Bank Indonesia (BI) mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan keseluruhan tingkat harga untuk meningkat secara berkesinambungan. Indeks harga konsumen (IHK) digunakan untuk mengukur rata-rata (tingkat) harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga berikut pemerintah yang menggunakannya sebagai indikator pengukuran inflasi.
 Â
 Adapun potensi yang dimaksud berupa pertumbuhan nilai uang selama periode tertentu bila dialokasikan pada suatu akun yang memberikan suku bunga tertentu. Perhitungan TVM terbagi menjadi 2 dasar utama berdasarkan intensitas alokasi dana yaitu single (sekali) dan annuity (aliran kas umumnya bersifat bulanan/tahunan).  Adapun formula untuk mengkalkulasikan nilai uang yang kita sekarang pada masa mendatang, meliputi:
- FV: Future Value (nilai uang masa mendatang)
- PV: Present Value (nilai uang masa kini)
- r: Interest rate (tingkat suku bunga)
- n: Number of compounding period (jumlah periode yang dilalui)
Formula Single:
FV = PV (1+r)nÂ
Contoh: Uang yang kita miliki di tahun 2010 sebesar Rp 100,000,000 dengan rata-rata tingkat inflasi sejumlah 4.76% sampai dengan tahun 2019. Berapakah jumlah uang kita pada tahun 2019 untuk nilai yang sepadan di tahun ini?
PV: Rp 100,000,000 Â r: 4.76% (0.0476) Â n: 9 (2019-2010)