Di kelas X misalnya, ada materi tentang menulis teks observasi yang mengarahkan siswa membuat teks informatif tentang susuatu objek, eksposisi yang mengarahkan siswa membuat teks yang berisi argumentasi, anekdot yang mengarahkan siswa membuat teks humor untuk mengkritik, puisi yang mengarahkan siswa menuliskan akan keresahan yang terjadi, dll.
Di kelas XI, terdapat materi menulis teks eksplanasi yang mengarahkan siswa untuk dapat menulis peristiwa/fenomena, prosedur yang mengarahkan siswa membuat teks yang berisi panduan, cerpen yang mengarahkan siswa menulis bidang sastra, resensi yang mengarahkan siswa menilai suatu karya, dll. Di kelas XII, terdapat materi menulis esai, artikel, dll.Â
Dilihat dari hal tersebut jelas bab-bab yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat mengedukasi. Yang perlu diingat, bahawa zaman sekarang pembelajaran bukan hanya sekedar metode dan teori saja. Metode ajar yang kreatif, teori yang edukatif perlu di balut oleh kemasan tugas yang kreatif pula.
Orang bilang generasi pelajar saat ini adalah "generasi nunduk", "generasi virtual", "generasi mager", dll. Istilah ini tentu perlu diubah. Lewat pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat SD, SMP, dan SMA samangat dan kreativitas pelajar bisa diwadahi.
Hal ini sejalan dengan peyajian materi-materi pada kurikulum bahasa Indonesia. Kurikulum 2013 sudah memberikan jalan bagi para guru. Inilah yang perlu dijadikan motivasi besar bagi para guru untuk bisa menjadikan generasi pelajar ini menjadi generasi yang tanguh dalam wadah pemebelajaran Bahasa Indonesia.
Hal yang perlu ditanamkan, yaitu jangan membiarkan penugasan siswa hanya berkahir di buku latihanya. Banyak sekali bentuk penugasan yang diberikan tetapi lagi-lagi tugas tersebut hanya menjadi tumpukan yang disayangkan. Jika kembali kita melihat isi bab pada kurikulum Bahasa Indonesia, tentu untuk mewujudakan generasi tanguh memiliki peluang besar.Â
Pelajar merdeka dalam menyalurkan kreativitas menulis mereka. Hal-hal yang terkadang membuat buntu guru itu sendiri dalam memberikan penugasan adalah berpatokan pada buku cetak yang dipakai dalam kegiatan belajar.Â
Di sinilah, guru terjebak dan tetap fokus untuk mengikuti isi perintah dalam buku tersebut. Hal ini tidaklah salah, tapi di sinilah kebanyakan guru melupakan jika pembelajaran itu sendiri sebetulnya boleh dikembangkan.
Dengan pengembangan tersebut, tentu dapat menjadikan suatu pembelajaran lebih berarti dan terarah. Misalnya pembelajarn teks eksposisi, siswa diminta menulis teks eksposisi tentang isu tertentu dan mencoba mengirimkanya pada media.Â
Tugas menulis puisi yang semula siswa diminta membuat puisi dengan tema tertentu, dikembangkan membuat buku antologi puisi dan mencoba mengirimkannya pada penerbit.Â
Tugas menulis prosedur, siswa bisa menuliskan panduan membuat sesuatu hal lalu mengirimkan pada media. Pengembangan contoh-contoh tugas tersebut tentu akan lebih bernilai dan membangkitkan semangat pelajar untuk lebih merdeka dalam berkarya.Â