Mohon tunggu...
Alexander Halim
Alexander Halim Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Hai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jalan Menuju Keutuhan

12 September 2024   12:29 Diperbarui: 12 September 2024   12:29 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Kuat karena kita Bersatu, Bersatu karena kita kuat." Kata-kata inspirasi yang diucapkan oleh bapak Proklamator kita, Ir. Soekarno. Integrasi Nasional bangsa Indonesia dikumandangkan secara eksplisit pertama kali pada 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Kemerdekaan itu juga dicapai oleh banyaknya orang dari latar belakang yang berbeda-beda dengan satu tujuan bersama.

Tujuan itu tidak akan dapat tercapai tanpa adanya integrasi dari berbagai pihak. Penjajahan menyatukan Indonesia dahulu kala, namun apa yang dapat menyatukan kita di zaman sekarang? Hal ini sering dipertanyakan oleh banyak orang, apa faktor pemicu integrasi nasional di era sekarang. Pemahaman tentang konsep integrasi harus diperlengkapi kepada semua anak muda untuk mencegah timbulnya masalah, konflik, hingga disintegrasi.

Integrasi berasal dari bahasa Latin, yaitu 'integrate' yang berarti memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Adapun menurut Kamus Besar Bangsa Indonesia (KBBI), integrasi adalah pembauran sampai menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Integrasi nasional adalah sebuah proses lanjut dari perasaan kesatuan bangsa. Terlebih bangsa Indonesia tercipta dari perjalanan historis yang melahirkan kondisi kebersamaan perasaan dan perasaan senasib. Integrasi nasional dapat dilihat dari dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal.

Dalam dimensi vertikal integrasi berkaitan dengan upaya menyatukan persepsi, keinginan dan harapan yang ada di antara pemerintah dan rakyatnya. Sedangkan dimensi horizontal berkenaan dengan upaya mewujudkan persatuan di antara perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Baik perbedaan wilayah, suku, agama, budaya dan perbedaan lainnya. Keempat komponen tersebut dikenal dengan SARA yaitu suku atau etnik, agama, ras, dan antar golongan. Empat komponen ini sangat sensitif dan paling mudah menimbulkan perpecahan, oleh karena itu kestabilan keempat komponen ini merupakan aset bangsa yang menjadikan bangsa kita berjaya.

Namun, mewujudkan integrasi nasional tidak semudah kelihatannya. Keberagaman Indonesia menjadi pedang bermata dua bagi dirinya sendiri, di mana keberagaman ini nantinya bisa memicu superioritas suatu golongan di atas golongan lain. Geografi wilayah Indonesia yang kompleks juga menjadi suatu alasan mengapa susah sekali Indonesia berintegrasi, daratan yang terpisah lautan dengan jarak yang amat jauh antar pulaunya mengakibatkan adanya perbedaan kultur drastis antara satu pulau dengan yang lain. Hal ini diperparah dengan pembangunan yang tidak merata karena susahnya transportasi barang jasa atau hal lainnya.

Adapun sikap-sikap dalam diri masyarakat memiliki pengaruh paling besar terhadap terciptanya integrasi nasional. Sikap intoleran kepada budaya lain, kurangnya kesadaran menjaga persatuan kesatuan, dan sikap tidak menghargai di tengah banyaknya keberagaman dalam masyarakat sering kali menggugurkan usaha integrasi nasional yang sudah coba dibangun. Akibat globalisasi, budaya lokal juga semakin tergerus dan pengaruh budaya asing semakin besar dalam negeri. Terkadang hal tersebut tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Sebelumnya, gerakan separatisme dan disintegrasi pernah terjadi di NRKI, penyebabnya tidak lain adalah seperti yang tertulis di atas. Republik Maluku Selatan (RMS) dan menjadi salah satu contoh pemberontakan akibat ketidakpuasan politik pemerintahan pusat Indonesia. Pemberontakan PRRI pada tahun 1957-1958 menjadi salah satu pemberontakan awal kemerdekaan paling kuat yang susah untuk ditumpas yang dilatar belakangi oleh ketidakadilan dalam pembangunan yang disebabkan ketimpangan sosial. Adapun pemberontakan DI/TII serta pemberontakan NII dilatarbelakangi oleh suatu golongan yang tidak bisa menerima keberagaman dan ingin menyelaraskan suatu ideologi menurut pandangan mereka sendiri.

Melirik betapa kejam dan tragisnya disintegrasi dalam sebuah bangsa, kita di masa sekarang harus dapat mencegah dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam menghadapi disintegrasi. Dalam menanggapi hal ini, masyarakat dan pemerintah harus bisa saling bekerja sama dan menyatukan tujuan, yakni integrasi nasional. Guna membentuk suatu negara yang maju dan harmonis, penerus bangsa harus dibimbing dengan baik sejak mereka kecil. Salah satu cara memasukkan konsep integrasi kepada mereka adalah dengan mengajarkan nasionalisme dan patriotisme.

Sebagai pemimpin rakyat, pemerintah memiliki peran besar dalam terciptanya integrasi nasional. Upaya pemerintah untuk menciptakan integrasi dalam masyarakat dimulai dengan mengembalikan kepercayaan masyarakat yang telah berkurang terhadap pemerintahan. Menghilangkan sentralisasi pembangunan, tidak melakukan praktik korupsi dalam bentuk apa pun, dan mengedepankan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi adalah beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan menghilangkan rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah. Usaha tersebut menunjukkan bahwa pemerintah hadir untuk mewakili dan membantu rakyat, dan oleh karena itu pilihan masyarakat tidak sia-sia.

Integrasi dimulai dalam diri masing-masing individu. Setiap individu harus menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Ini berarti suatu individu yang hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan di bawah Negara Kesatuan RI harus mempunyai sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasi keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan Bangsa dan Negara Indonesia. Dalam praktiknya, masyarakat harus bersatu melawan gerakan separatisme yang muncul, bukan malah ikut mendukung atau yang menimbulkan gerakan itu.

Sebagai pelajar, harus tumbuh kesadaran bahwa kita adalah generasi penerus bangsa ini. Selaku orang yang sudah dididik, kita bisa dengan cermat memilah informasi-informasi yang hadir dalam bentuk digital. Kita yang seharusnya bertindak menyebarkan peringatan dan teguran, bukan yang menyebarkan konten berbau SARA yang bisa menyindir orang lain. Dengan menjadi warga media sosial yang bijak, kita sudah melaksanakan tanggung jawab kita dan mencegah terjadinya disintegrasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun