Mohon tunggu...
Alexander Gobai
Alexander Gobai Mohon Tunggu... -

Anak Cendrawasih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Pondok Kecil, Tinggal Menyenderi

2 Mei 2013   23:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:13 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu ketika, ada seorang laki-laki sedang berjalan pagi, lalu bertemu dengan seorang gadis kecil di Jln. Merdeka, Nabire, Papua. Ia seorang gadis yang cantik yang tiap harinya berteman dengan semua tumbuh-tumbuhan serta binatang yang berada disekitarnya.

Ia tinggal di salah satu rumah yang tidak begitu bagus,yakni rumahnya berpondok kecil papan-papannya serta pintu-pintunya berbolong-bolong (berlobang-lobang). Akan tetapi, ia tidak pandang dengan keadaan rumanya itu. Tetapi, ia selalu setia dengan apa yang ia miliki. Yang ia miliki, itu yang ia pasrahkan kepada Tuhan.

Sifatnya, sangat baik. Ia berani, setia, rama dan bertaqwa kepada Tuhan. Ketika ia bertemu dengan sesamanya ia selalu menyampaikan sebuah salam/sapaan kepada mereka. Ketika oranglain meminta pertolongan, ia dengan segera menolong mereka. Ketika, orang lain sedang dalam keadaan susah ia segara membantu mereka. Kehidupannya terus berputar seperti itu, tidak ada yang berubah dalam kehidupannya.

Suatu ketika ada seoranganak laki-laki kecil yang seumur dengan si gadis itu, ia melihat keadaan disekitar rumahnya, ada seorang gadis yang sedang berjalan sambil membawa sebatang bunga kembang sepatu dari rumahnyaSi pria itu. Tiba-tiba pria itu kaget melihat si gadis pondok kecil itu. Lalu ia berkata kepada si gadis itu, kenapa kamu memotongbunga ku itu?

Lalu si gadis itu mengatakan, aku suka dengan bunga-bungamu yang berada di depan rumahmu.Akhirnya aku mengambilnya.

Apakah aku tidak boleh mengambilnya? Kemudian si pria kecil itu mengatakan, boleh saja kamu mengambilnya, tapi ada syaratnya! Syaratnya apa kata si gadis podok kecil itu. Kamu mau menjaga anjing ku dirumahku?

Lalu si gadis pondok kecil itu, berpikir dengan susah payah mendengarkan pertanyaan itu dari si pria kecil itu, apakah aku tinggal bersama dengan pria itu untuk menjaga anjingnyaataukah aku tinggal dirumahku sendiri kata dia dalam hatinya?

Ketika memikirkan hal itu, tiba-tiba kedua orang tuanya pria kecil itu datang, lalu mendekatlah kepada si gadis itu! Kedua orang tuanya bilang pada anaknya siapa si gadis itu? Lalu kata pria kecil itu, aku tidak mengenalinya. Tadi, ia melewati rumah lalu mengambil bunga kembang sepatu yang ada didepan rumah! Kemudian aku menahannya disini kata si pria itu.

Oh.oh.oh begitu kata ibunya. Siapa namumu Nak? Namaku Eta. Kedua orang tuaku telah meninggal sewaktu aku masih kecil. Sekarang aku tinggal sendirian, aku tidak punya siapa-siapa lagi disini. Lalu selama kamu hidup disini kamu tinggal dirumahnya siapa? Aku tinggal di rumah pondok yang sangat kecil sendirian. Rumah itu peninggalan dari orang belanda. Tapi rumah itu kokoh namun, sudah berbolong-bolong.

Seketika si gadis kecil itu sedang menceritakan riwayat hidupnya, kedua orang tua dari si pria itu menangis mengeluarkan air mata yang tak bisa henti-henti. Mendengarkan riwayat hidupnya membuat kedua orang tua itu, tersentu dalamhati. Kemudian, melihat si gadis kecil itu juga menangis karena rindu kehilangan kedua orang tuanya sewaktu maut mengambil mereka.

Kisah si gadis kecil, menjadi inspirator bagi kedua orang itu. Kedua orang tua itu, juga memikirkan hal-hal yang aneh! Mengapa ada manusia yang hidup seperti ini, Ya TUHAN tolonglah mereka, berilah mereka kekuatan agar mereka bisa hidup yang selayaknya dibumi ini kata kedua orang tua itu.

Matahari mulai terbenam di arah barat, menandakan bahwa hari sudah mulai malam, mendengar jangkrik bunyi kiri-kanan dihadapan si gadis itu. Minta pamitlah dia kepada keluarga itu. Katanya! Aku, mintapermisi Ma, Pa hari uda mulai malam aku harus pulang.

Maaf ya jika akumembuat kesalahan kepada bapa dan mama disini. Lalu respon balik dari keluarga itu! Nak? Kamu tidak membuat salah kepada kami, tapi kamu membuat kami sedih mendengar kisah riwayat hidup Nak!seharusnya kami yang minta Maaf kepada kamu. Maafin ya Nak!

Dua Tahun Kemudian

Setelah meninggalkan rumah keluarga itu, Gadis kecil pondok, tidak pernah kelihatan dan tidak pernah berjalan di depan rumah keluarga itu. Ia telah melupakan masa lalu itu. Si gadis kecil pondokitu, mulai bertumbuh dewasa, umurnya telah memasuki 12 tahun (dua belas tahun).

Ia masih terlihat cantik dan terpesona. Ia sangat suka dengan kehidupannya yang lama. Ia tidak pernah melewatkan satu aktivitas yang telah direncanakan. Orangnya sangat teliti dan pandai.

Suatu harisi gadis itu, mulai berjalan didepan rumah keluarga itu! Melihat suasan rumahnya, ternyata didalalm rumah itu tidak ada satu orang pun yang tinggal. Keluarg itu telah meninggalkan rumah itu sewaktu ia tidak pernah berjalan didepan rumah keluarga itu. Menangislah si gadis kecil itu. Pikirnya diamau mampir dirumah keluarga itu, ternyata dirumah itu tidak ada orang satu pun yang tinggal.

Satu hari, si gadis kecil ini berpiki dan mencari jalan bagaimana dia harus mendapatkankeluarga itu. hari mulai malam, iapulang dari rumah keluarga itu ke rumahnya. Karena pikiran, jatuhlah sakit. Badannya mulai kurus, tak bisa melakukan apa-apa lagi.

Dengan kelihatan badan yang lemah (sakit), ia tiap hari berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tiap hari ia melakukan kegiatan itu sebagai rutinitasnya. Dua hari kemudian, tubuhnya mulai pulih kembali, kelihatan badanya telah segar dan sehat. Ia siap melakukan kegiatannya.

Ia menjalani kehidupannya dengan baik. Tidak ada satu orang pun yang temani dia. Ia tinggal sendirian. Tidak ada yang ingin melihat dia. Namun, ia tidak mmikirkan hal itu. yang ia pikirkan ialah yang penting saya hidup. Yang saya bisa lakukan ya saya lakukan. Ia berteman dengan berbagai makhkluk hidup yang ada disekitarnya.

Suatu hari si gadis kecil itu berpikir, jika saya hidup seperti begini terus, aku tidak akan dapat apa-apa. Aku juga butuh orang lain kata dalam hatinya. Maka, keesokan harinya ia mulai berjalan mulai dari rumahnya sampai jalan Pemuda,tepat di Erport nabire, papua. Sesampai disana si gdis kecil memperkenalkan dirinya kepada orang lain. Terutama kepeda anak-anak kecil. Ia asyik sekali main dengan mereka.

Setelah itu, si gadis kecil ini, mengumpulakan anak-anak kecil yang tadi. Ia mulai mencerita kisah-kisah dongeng “Kehidupan Kancil, Harimau dan Kucing”. Melihat hal itu, sangat asyik sekali anak-anak kecil itu. Mereka kelihatannya suka dengan cerita-cerita dongen.

Tibalah sore, matahari mulai terbenam mendengarkan jangkir berbunyik di kanan-kirinya si gadis itu. orang tua dari dari anak-anak kecil itu, mulai mengambil mereka satu per satu. Ada salah seorang anak lak-laki yang sampaikan kepada si gadis kecil “Apa kakak besok boleh bisa datang lagi” kata si gadis kecil itu boleh kakak akan datang lagi!

Kembalilah ia ke rumahnya. Sesampai di rumahnya, ia mulai merenungkan kembali apa yang ia telah lakukan selama satu hari itu. ia sangat gembira sekali karena telah mendaptakan banyak teman. Keesokan harinya, ia mulai berjalan dari rumahnya ke tempat itu lagi. Sesampai disana, apa yang kelihatan disana! Semua anak-anak kecil itutelah menyediakan tempat serta makanan ringandi hadapan mereka. Hatinya sangat berdebar-debar melihat kejadian itu.

Si gadis kecil itu, ia mulai melakukan kegiatan yang sama seperti kemarin. Anak-anak sangat senang sekali mendengarkan si gadis kecil itu, ketika ia menceritakan kehidupan dongeng-dongeng.

Setiap hari ia melakukan kegiatan itu terus-menerus. Namun, kehidupannya sama seperti duluh, tiada yang berubah.

Karena tiada ada yang berubah dalam hidupnya, ia beranikan diri untuk menggantungkan dirinya di atas pohon. Lalu, tamatlah ia si anak kecil itu.

Dengan demikian, kehidupan manusia, kadang sama seperti cerita yang diatas. Tidak mengenal dengan arah hidup, dan tidak mengenal dengan tujuan dari hidup.

Namun, yang bisa hanya menikmati kehidupan yang fatal. contoh Mengahabiskan waktu, tenaga, dan pikiran, tanpa melakukan kegiatan yang menjiwai hidup.

Inilah salah satu cerita fiksi, yang mana nantinya terinspirasi bagi kaum intelektual. Semoga bermanfaat bagi Anda sekalian.

Alexander Gobai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun