Oleh : Alexander Gobai
Sebelum mendengar keberangkatan sahabat terbaik, yakni Yosep Opeyaya, yang juga sebagai teman se-kampus di Universitas Katolik De La Salle, Manado. Saya menulis sebuah surat untuk diberikan kepada pihak kampus, terutama kepala pemegang beasiswa Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) atau sering disebut Project Officer.
Tepat pada hari selasa, (14/01/14), sahabat, yosep opeyayah, memanggil saya dengan mengunakan telefon genggamnya, lalu mengatakan, “kawan, besok rabu, (15/01/14) baru saya berangkat ke manado. Apa mungkin ada titipan atau hadia untuk kawan berikan kepada dosen-dosen di kampuskah,”katanya.
“tidak ada hadia atau barang yang istimewa, berupa oleh-oleh kepada para dosen di kampus, yang ada hanya sebuah berkas surat permohonan yang dapat saya berikan kepada project officer” kata saya kepada sahabat. Okey, “kalau bergitu, nanti kawan bawa ke bandara (erpot) saja,”kata dia. Okey! Terima kasih banyak atas bantuan sahabat.
Rabu, (15/01/14) Pagi, kira-kira pukul 09.45 WIT. Seberkas surat permohonan yang sudah saya tulis, saya pergi ke tempat print di warnet Jyta-Net, samping tokok Diana, Timika, Papua. Setelah print, tiba-tiba yang saya tidak perkirakan untuk naik sebuh ojek tetapi “mas ojek sudah parker di depan kaki saya.
Lalu, dengan tidak Tanya-tanya, naiklah aku di ojek itu. Saya berangkat ke erpot. Selama perjalanan menuju erport, perasaan saya tiba-tiba termotivasi untuk ikut berangkat ke tempat study saya, manado. “saya mengatakan dalam hati, saya juga harus bangkit dan lebih semangat lagi, untuk maju menempu harapan dan cita-cita saya. Ini bukan waktunya, tetapi ketika sakit telah sembuh, saya akan lebih semangat lagi, agar cita-cita dan harapan saya menjadi nyata baik di dalam keluarga, masyarakat dan Negara.
Sampai di bandara (erpot) Mozez Kilangin Timika Tembagapura, Papua. saya melihat pandangan jauh terhadapnya, lalu mengatakan. “Ah, kawan selamat pagi, kebetulan ada keluarganya yang mennngantar keberangkatan sahabat. Juga salam mereka! “selamat Pagi”!
“kawan sudah lapor, dan jam berapa baru pesawat berangkatkah,”kata saya. Lapor jam, 10 40 WIT. Baru berangkat 11. 40 WIT, kawan,” itu yang betul kawan!
Kalau begitu kawan, saya ada bawa surat, surat ini nanti diberikan kepada Sir Teddy, kepala project officer,”kata saya. Okey, itu beres kawan, sambungnya.
Baru kawan, kapan baru datang ke manado. Kawan, santai saja nanti juga saya akan datang. Dengan bahasanya itu, terpukul dan memotivasi saya untuk tetap maju dalam situasi apapun.
Selama masih ada nafas, pasti kawan saya tetap berjuang dan akan tetap maju untuk merebut impian dan harapan saya. Kawan, ko pu, bahasa ini, menyetuh hati saya, untuk tetap dalam semangat. Dan untuk merebut kesuksesan . pasti saya akan datang,”kata saya.
Sip, kita akan bersama-sama di manado kawan. Kami akan tunggu kedatangan kawan, sampai kapan pun. Sip kawan…!
Alexander Gobai, Tinggal di Tembagapura, Timika, Papua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H