Pendidikan, komunikasi, transportasi, finasial yang telah sangat mempengaruhi kehidupan personal dan sosial masyarakat Indonesia, namun nampaknya perkembangan era 4.0 di Indonesia belum begitu merata pada daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia. Ciri umum daerah tertinggal biasanya terlihat dari adanya kesenjangan sektor kehidupan sosial, tingginya tingkat kemiskinan pada masyarakat, kurangannya lapangan pekerjaan mengakibatkan pengangguran dan tingkat pendidikan masih rendah. Keterlambatan dalam pengembangan era 4.0 di daerah 3T nampaknya menjadi sebuah isu yang masih digaungkan hingga sekarang terlebih dalam aspek pendidikan menyangkut Guru bimbingan dan konseling atau kita sebut konselor. Dalam upaya ini dibutuhkan konselor yang dapat menjadikan lingkungan sekolah berkembang seirama perkembangan zaman dengan maksud mempersiapkan peserta didik mampu menghadapi tantangan zaman, di karenakan generasi z di era 4.0 menghadapi situasi meningkatnya tantangan dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan.  Maka sebab itu sebagai konselor di era 4.0 harus didorong memilik kemampuan kompetensi dan up to date dalam tiga bidang yang biasa kita sebut sebagai bidang TIK, bidang TIK yaitu: bidang Teknologi, Komunikasi dan Informatika meskipun hal ini menjadi tantangan juga terhadap penarapannya terhadap daerah 3T, sebab itu kebutuhan konselor yang professional menjadi point utama dalam pengembangan kompetensi peguasaan teknologi menyambut era 4.0. tentu saja isu ini  tidak lepas perlunya perhatian dari pemangku kebijaksanaan daerah.
     Saat ini Bangsa Indonesia memasuki era generasi Z 4.0 , yaitu generasi yang semakin memiliki kedekatan dengan perkembangan ilmu teknologi yang pada setiap aspek kehidupan sehari-hari tidak lepas dari peran teknologi mulai dari sisi    Keterampilan yang utama dibutuhkan guru saat ini adalah keterampilan kompetensi budaya dan penguasaan teknologi (Rakhmawati, 2017).sink (2002). Dalam konsep ini teknologi hadir untuk membantu proses kemajuan Pendidikan yang pembelajarannya berbasis pemanfaatan TIK yang diharapkan mampu terjadi transformasi baru dan inovasi yang semakin bermacam dalam menjadikan Pendidikan yang lebih baik. Bisa kita bayangkan jika terjadi pemerataan bidang TIK dan berserta infrastruktur pendukungnya di setiap daerah di Indonesia terutama terhadap daerah 3T yang sangat memerlukan maka akan secara beriringan majunya Pendidikan dan kualitas peserta didik yang siap menghadapi kompleksitas era 4.0. Bisa kita lihat perkembangan yang kita harapkan ini miliki kendala-kendala yang mendasar seperti faktor geologis, ekonomi, dan infrastruktur.
Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) tercatatan tersebar di 122 daerah di seluruh Indonesia. Hal ini membuktikan masih banyak daerah yang minim dalam pengembangan dan belum maksimal dalam pemanfaatan teknologi, padahal kita telah memasuki era 4.0 yang dimana kemajuan teknologi yang pesat. Hal ini sangat bertolak belakang dengan fakta perkembangan zaman yang semakin modern, implikasi dari fakta ini adalah pada bidang Pendidikan. Sebab dalam perjalanannya perkembangan zaman diiringi dengan perkembangan Pendidikan yang semakin baik, pondasi dari kemajuan zaman adalah terletak pada tingkat Pendidikan pada generasi muda  sebagai penerus bangsa. Terbukti di dalam daerah 3T masih dalam kondisi Pendidikan yang jauh dikatakan maju, tentu saja hal ini bukan tanpa alasan terjadi, namun berbagai macam faktor yang melatarbelakangi, faktor yang mendasar faktor geologis, ekonomi dan infrastruktur. Maka dari itu guru bimbingan dan konseling (konselor) berperan sangat penting sebagai unjung tombak  perubahan di daerah 3T, hal yang perlu dipersiapkan dalam pengembangan ini adalah peningkatan kompetensi koselor. Kapabilitas kompetensi up to date mencakup penggunaan dan pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran dan pengembangan peserta didik. Era 4.0 mendorong para tenaga pendidik serta guru bimbingan dan konseling untuk dapat mengunakan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang super cepat untuk meningkatkan tingkat kualitas sistem pendidikam di sekolah dan turut mempersiapkan peserta didik menjadi sumber daya manusia yang unggul (Nuryani & Handayani, 2020). Penerapan kapabilitas kompetensi pada aspek penguasaan teknologi ini akan mendapat tantangan yang cukup besar pada penerapan di daerah 3T, menurut saya seorang konselor akan menghadapi tantangan yang dari aspek mendasar yang ada pada daerah 3T.
    Aspek sarana prasarana yang belum memadai termasuk dalam sarana Pendidikan yang belum standar dimana sarana prasarana tidak dapat menjangkau daerah desa-desa yang lokasi wilayahnya jauh dan cendurung memiliki akses transportasi yang sulit sehingga logistik dan moda transpotasi sulit mencapai dearah 3T hal ini juga di pengaruhi kondisi medan yang ada pada kepulauan Indonesia yang sebagian besar daerah 3T berkontur hutan dan pegunungan yang terjal. Kompetensi berbasis TIK dirasa belum cukup dalam menujangan pemeretaan tersebut perlu adanya seorang konselor maupun tenaga pendidik yang memiliki kompetensi professional dalam berkolaborasi dengan stakeholder serta pemerintah daerah. Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan sebuah dorongan secaranya nyata proses peningkatan dan pengembangan kualitas Pendidikan di daerah 3T. Perlunya konselor dalam menyusun strategi dalam pelayanan konseling terhadap peserta didik di daerah 3T sebagai kompetensi multikultural, dibutuhkan pendekatan secara khusus dan pemahaman pada setiap karakter peserta didik sesuai dengan karakteristik budaya dan daerah 3T dengan begitu konselor dapat perlahan memberikan pelayanan serta pembelajaran kepada peserta didik dengan baik. Proses tersebut perlu adanya pratek pada setiap diri konselor ikut dalam mempelajari budaya yang ada pada daerah 3T.
     Mempersiapkan calon konselor agar dapat menerapkan dan ikut berkembang searah dengan perkembangan era 4.0. Faktanya perkembangan 4.0 dan dampak pesatnya perkembangn ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pun belum dapat dirasakan oleh masyarakat secara mereta di daerah 3T sehingga pengembangan sektor Pendidikan masih rendah dan cenderung tertinggal dari daerah-daerah lain di Indonesia.  Jadi mengembangan kompetensi guru bimbingn dan konseling saja tidak cukup untuk mengejar ketertinggalan daerah 3T,  perlu adanya kolaborasi antara stakeholder dan aparatur pemerintah baik dari daerah maupun pusat untuk mesinergikan pemercepatan pembangunan dan perkembangan daerah 3T dengan begitu tenaga pendidik memiliki kesempatan lebih besar untuk pengembangan dan mempersiapkan perta didikk dalam menyambut era 4.0. Konselor dituntut dapat secara kreatif menjalankan layanan meskipun mendapatkan keterbatasan dalam implementasi layanan berbasis modern. Pendidikan sebagai pondasai dasar sebuah bangsa menjadi tanggungjawab besar bagi para calon konselor yang sedang dalam masa studi di dalam perguruan tinggi, dengan ini perlu adanya kesadaran secara pribadi bagi calon konselor untuk turut ikut andil dalam pengembangan daerah 3T melalui semangat belajar dan penguasaan teknologi di era 4.0 diiringi juga dengan semangat  cinta akan budaya dan kearifan lokal seluruh daerah di Indonesia sebagai refleksi dan wujud kompetensi multikultural konselor yang professional dan kompeten sehingga tercapai kualitas Pendidikan yang baik dan maju di seluruh daerah Indonesia.
ESSAI karya : Alexander Bima Poetra Gading Vindhi Santoso
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H