Mohon tunggu...
Lengkungan Surga
Lengkungan Surga Mohon Tunggu... Penulis - Manusia yang manusia

Terkesan dengan kehidupan manusia, walaupun begitu banyak rasa yang belum terjamah, manusia tak akan pernah berhenti merasa dan mencari.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ruang dan Waktu

24 Juni 2022   15:40 Diperbarui: 9 Mei 2023   22:41 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FSeneca_Muda&psig=AOvVaw0Out1hczEYzz0vxQtp9Mjd&ust=1683733127337000&source=

Cobalah pertimbangkan usia kota-kota itu, kau akan menyadari kota-kota yang membanggakan kecantikannya sekalipun, hanya bertahan dalam waktu singkat. semua urusan sangatlah pendek, sementara terbatas pada repihan ruang waktu yang kekal. hanya ada satu cara agar kita bisa mengatakan hidup yang kita jalani panjang: apabila kita merasa cukup. -Seneca, How To Die.

Pada kenyataan ini saya menyadari bawa apa yang telah terjadi pada kehidupan manusia hanya terbatas pada ruang dan waktu yang tentu saja waktu dan ruang sama sekali tak terbatas. kenyataan hanya hidup  dalan waktu singkat maupun panjang hanya di dasarkan pada rasa syukur dan cukup. kalian juga tau bawa yang hidup adalah yang berani untuk membuat hidup penuh syukur dan cukup, terlepas dari rasa nafsu alamiah manusia. 

Saya mengungkapkan ini dari sudut pandang yang sebenarnya masyarakat dan semua kalangan mengerti, sebab  dalam suku Jawa telah mengenal falsafah  "urip mung mampir mangan lan ngombe".  (hidup hanya singgah makan dan minum)   yang di maksud adalah bahwa hidup hanya terlalu singkat seperti kita datang  hanya untuk makan dan minum.  perlu di garis bawahi atas kesadaran hidup menurut falsafah ini mengupayakan hidup penuh dengan rasa cukup dan syukur dikarenakan apa yang kita hendak kita jalani dalam hidup ini berfokus pada apa yang lebih dominan antara baik dan buruk, yang kurang lebih sama seperti Seneca ungkapkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun