Mohon tunggu...
Lengkungan Surga
Lengkungan Surga Mohon Tunggu... Penulis - Manusia yang manusia

Terkesan dengan kehidupan manusia, walaupun begitu banyak rasa yang belum terjamah, manusia tak akan pernah berhenti merasa dan mencari.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Rindu di Bulan Februari

19 Februari 2021   12:00 Diperbarui: 19 Februari 2021   12:44 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/6BV9gmZ

                               Aku terdiam sejenak menatap jendela kamarku yang basah diguyur hujan deras ramai penuh rindu yang bersayap seakan burung yang bersemangat menyambut mentari pagi yang cerah kekasih 

angin mencabik- cabik jendela dan sela- sela genting rumah ku yang sama sifat seperti asam basah saat menyeka minyak dari penggorengan yang tua dan lelah kekasih.

Gemuruh petir berusaha masuk dari celah celah genting dan jendela yang tua.                                      Semakin terdengar kuat rindu ini sama seperti teriakan gemuruh hujan badai yang menyampaikan rasa rindu yang terlalu besar dan indah serta bahagia kekasih. 

Gemericik air hujan semakin berirama seakan menciptakan lagu rindu terbaik sepanjang tahun ini, bersaing menempati posisi top lagu lokal yang sering di putar dalam café                      saat  jatuh cinta dan merindu kekasih. 

Gemericikair semakin lantang melawan riuh bising jalan depan kamar, mewajibkan Kalayak ramai meneduh di bawah deras rindu beratapkan payung cinta kasih                                  yang berwarna merah jambu kekasih 

Taman bunga teras  bergoyang mengikuti irama air berdendang, lalu angin  mendayu berseru kepada diri ku saat asik membingkai rangkaian bait rindu pada mu kekasih.

Angin  bernada masuk menerobos sekat cinta yang membentang membawa pesan                        bahwa rindu telah tersampaikan kepada mu dari  deras hujan, gemuruh petir, gemericik air dan angin di bulan Februari kekasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun