Mohon tunggu...
Alexander BayuarsaNarresputra
Alexander BayuarsaNarresputra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Merindukan Sosok Pemimpin Humoris" Sebuah Tanggapan

19 Mei 2023   17:08 Diperbarui: 19 Mei 2023   22:22 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika orang Indonesia mendengar “pemimpin humoris”,  terkesanlah kepada Abdurrahman Wahid, presiden keempat Indonesia, atau akrab disebut Gus Dur. Tidak heran mengapa masyarakat mengingat Gus Dur sebagai pemimpin humoris, karena sering dalam pidato Gus Dur memasukan anekdot atau cerita lucu. Anekdot tersebut juga bukanlah hanya bahan guyonan, melainkan sebagai alat untuk memaparkan materi. Artikel “Merindukan Sosok Pemimpin Humoris” memaparkan hal ini, tetapi selain itu juga melihatkan bahwa dibalik guyonan yang menarik tawa jugalah muncul kontroversi. Artikel pada intinya memaparkan bahwa anekdot yang disertakan Gus Dur memiliki banyak pesan baik yang ingin disampaikan tetapi tidak seringkali tidak dapat tercapai dan menimbulkan kontroversi, selain itu ada waktu dan tempat yang haru disesuaikan untuk menyampaikan lelucon dan perlunya pengertian oleh pendengar tanpa membawa banyak emosi supaya tidak membuat kebencian.

Dalam berpidato, Gus Dur sering menggunakan anekdot, tetapi apa itu anekdot sih? Anekdot atau teks anekdot merupakan teks yang bersifat naratif cerita pendek yang dapat berisikan paragraf atau dialog. Selain itu teks anekdot juga menggelitik dan dapat menghibur pembacanya, ditambah lagi teks anekdot melakukan semua itu tanpa melupakan kritikan atau poin dibalik kostum lucu tersebut. Dalam kritikan, penulis umumnya menuliskan keluhannya terhadap suatu peristiwa.


Salah satu anekdot yang menarik adalah anekdot tentang intelijen negara. Secara singkat, anekdot tersebut membahas tentang saat Gus Dur menghadiri pertemuan para kiai pada masa Orde Baru, dimana terdapat intelijen yang mendengarkan percakapan tersebut, tetapi percakapan tersebut dilakukan dalam bahasa arab karena para kiai juga mengetahui kehadiran intel, sebab para kiai berbicara dalam bahasa Arab maka intel melaporkan bahwa para kiai hanya berdoa dan tidak membicarakan apapun. Dalam artikel, anekdot tersebut dikatakan bertujuan untuk menyindir efektifitas atau kualitas dari intelijen negara. Tetapi, selain menyindir efektivitas dari intel menurut saya anekdot tersebut juga menyindir situasi politik pada saat Orde Baru, situasi dimana apa apa di perhatikan oleh pemerintah, dimana kebebasan untuk berekspresi terbatas.


Dari contoh yang disertakan dan pengertian dari teks anekdot dapat terlihat bahwa fungsi utama dari teks anekdot adalah untuk mengkritik secara halus. Dimana hal tersebut tercermin dalam contoh anekdot intelijen negara yang mengkritik kualitas intelijen dan situasi politik pada masa tersebut tanpa secara terang-terangan. Selain untuk menyampaikan kritikan secara halus teks anekdot juga berfungsi sebagai hiburan bagi pembacanya. Hal tersebut juga terlihat pada anekdot tentang intelijen negara, dimana kelucuan terdapat dalam menceritakan kegagalan intelijen untuk mendapat informasi yang benar.


Teks anekdot tidak hanya dapat digunakan oleh figur-figur penting, tetapi juga dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkritik hal yang tidak disukai. Misalnya anda sebagai murid tidak menyukai penyebaran jadwal pembelajaran yang ada, tetapi tidak ingin mengkritik secara terbuka, sehingga anda dapat menggunakan teks anekdot untuk menyampaikan ketidakpuasan. Hal tersebut dapat dicapai dengan menulis kebalikan dari yang kita maksud dalam kritikan kita tetapi dengan juga menyertakan konteks yang cukup supaya pembaca dapat mengetahui bahwa ada ketidakcocokan dalam suasana yang digambarkan dan dengan apa yang tertulis.


Secara keseluruhan artikel "Merindukan Sosok Pemimpin Humoris" sudah baik, degan artikel tersebut memberikan sebuah gambaran terhadap anekdot yang dipakai oleh Gus Dur dan kejadian-kejadian yang sering terjadi. Tetapi tetap ada kekurangan, contohnya dalam kritik yang terdapat dalam anekdot intelijen negara, yang memiliki satu poin penting yang belum dicantumkan dari kritikan yang dimaksud.
DPB X4 / 10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun