Mohon tunggu...
Alexander
Alexander Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPN Veteran Jakarta

saya suka mendengarkan bernadya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

"Dua Garis Biru" Sebuah Film Yang Mengangkut Isu Hangat di Kalangan Remaja Saat Ini

15 September 2024   20:00 Diperbarui: 15 September 2024   20:00 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua Garis Biru merupakan sebuah film yang disutradarai oleh Gina S. Noer dan menjadi salah satu film layar lebar yang menarik perhatian banyak masyarakat, mulai dari kalangan remaja sampai dewasa. Film ini diperankan oleh Adhisty Zara (ex-member JKT48) yang berperan sebagai Dara Yurika dan juga Angga Yunanda yang berperan sebagai Bima. Film "Dua Garis Biru" ini menarik perhatian banyak masyarakat karena isu yang diambil merupakan sebuah permasalahan yang hangat dibicarakan di kalangan masyarakat, yaitu pergaulan bebas yang mengakibatkan kehamilan dini, gaya pacaran para remaja yang sering kali membuat masyarakat geram membuat sang sutradara Gina S. Noer berani membuat film ini. Meskipun pada awalnya terdapat banyak perdebatan dan tidak persetujuan karena film ini menyangkut hal yang kontroversial, tetapi pada akhirnya bisa ditangani karena film ini bisa digunakan sebagai salah satu pembelajaran mengenai Sex Education. 

Film dimulai dengan menunjukkan adegan dimana Bima sedang bermain di rumah Dara, situasi yang mendukung dengan keadaan rumah yang sepi mendorong niat mereka untuk melakukan hal yang tak seharusnya mereka lakukan, hingga akhirnya Dara pun hamil, Dara seorang siswi SMA yang berprestasi harus mengalami kehidupan yang berubah drastis, dia harus menyembunyikan janin yang sedang ia kandung, sedangkan Bima seorang siswa SMA tak berprestasi yang dicap sebagai siswa yang bodoh sekaligus pacarnya Dara, berusaha untuk melindungi Dara dari hal-hal buruk, sampai akhirnya tersebar info bahwa Dara sedang mengandung, akhirnya Dara pun memutuskan untuk putus sekolah dan memilih dirumah untuk menjaga kesehatan mental dan fisiknya demi mempersiapkan kelahiran anaknya nanti. Kini semua orang sudah mengetahui keadaan dari dua pasangan muda tersebut, akhirnya Bima pun harus bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukannya, dan keluarga dari Dara pun harus menerimanya dengan keadaan yang berat hati, proses yang berjalan dengan berbagai masalah yang harus dihadapi, antara keluarga miskin dan keluarga kaya, serta keadaan mental yang harus dihadapi oleh kedua pasangan muda tersebut agar tetap sabar demi menjaga kondisi janin mereka sehat, keseluruhan cerita dari masalah-masalah itu akan divisualisasikan dalam film "Dua Garis Biru" ini.

Film "Dua Garis Biru" seharusnya menjadi sebuah film yang sangat membantu dan seharusnya film ini direkomendasikan bagi para remaja SMP/SMA/Kuliah, karena pentingnya Sexual Education dan juga dampaknya dari kehamilan dini ditunjukkan dari film ini, tetapi memang film ini masih jauh dari kata puas, karena terlalu orang tua dari Dara menyerah terlalu cepat dan tidak menuntut Bima, berbeda dengan apa yang sering kali terjadi di dunia saat ini, juga filmnya diakhiri dengan digantung, jadi bisa dibilang film ini belum sepenuhnya selesai, maka dari itu sang sutradara Gina S. Noer melanjutkan film ini dengan sekuel "Dua Hati Biru" yang menunjukkan kelanjutan dari film ini.

Melihat visualisasi masalah yang tengah terjadi di masa sekarang ini, tentunya menjadi sebuah masalah yang harus dikhawatirkan khususnya bagi para orang tua, Sexual Education bukanlah sebuah hal yang tabu, yang seharusnya diajarkan sedini mungkin kepada anak-anak mereka. Juga kepada institusi pendidikan, harusnya Sexual Education menjadi sebuah hal yang lumrah, bukannya ditunda-tunda atau ditutupi, ditambah dengan maraknya penggunaan teknologi seharusnya para pemerintah mulai menerapkan pembelajaran Sexual Education seperti yang dilakukan oleh sekolah di Amerika. Dari film ini dapat diketahui bahwa peran orang tua tentunya sangat penting bagi tumbuh kembangnya seorang anak, gaya pacaran yang dimiliki oleh para remaja sekarang terkadang bisa berlebihan atau tak terkendali, maka dibutuhkannya pengawasan yang lebih dan pentingnya peran orang tua dalam pertumbuhan cinta seorang anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun