Mohon tunggu...
Alexander Mario Amarta
Alexander Mario Amarta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang memiliki ketertarikan dalam melakukan penulisan dan juga dalam dunia perfilman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jurnalisme Warga dengan Segala Pro dan Kontranya

1 Desember 2023   20:11 Diperbarui: 1 Desember 2023   20:27 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dihapusnya kewajiban penggerak pers untuk memiliki Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) pada zaman Orde Baru. Di masa reformasi, era baru bagi dunia pers dimulai. Dimana pada zaman Bapak Habibie, pers diberikan kebebasan sepenuhnya asal tetap bertanggung jawab terhadap apa yang disebarkan nya. Semenjak kebebasan itu diberikan, perkembangan pers di Indonesia pun melaju pesat dan juga variatif. Di dalam gejolak perkembangan ini, terdapat satu tipe jurnalisme yang sangat mencerminkan kebebasan tersebut yaitu jurnalisme warga.

Jurnalisme warga dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas yang dilakukan secara perseorangan berupa mencari, mengumpulkan, dan memberitakan berita atau informasi yang didapat ( Widodo, 2020, h.66). Perkembangan zaman tentunya membawa banyak perubahan, salah satunya adalah masyarakat sekarang sudah tidak lagi hanya menjadi "objek" dari media massa melainkan juga menjadi "subjek" dari media massa itu sendiri ( Widodo, 2020, h.66)

"Tidak hanya konsumen, namun juga menjadi produsen"

Lalu, perubahan ini merupakan suatu hal yang baik atau buruk bagi dunia jurnalisme? Mari kita telaah lebih jauh.

Jurnalisme warga sendiri sebenarnya menuai banyak sekali pro dan kontra. Sebagai bentuk dukungan kepada jurnalisme warga, ada yang menyatakan bahwa jurnalisme warga mampu melihat ceruk pasar yang tidak dilihat oleh media mainstream serta mampu meliput atau memberikan perhatian lebih terhadap sesuatu hal atau isu yang memang kurang diperhatikan oleh media mainstream (Widodo, 2020, h.67).  Apabila pandangan pro ini kita resapi lebih dalam, sebenarnya kehadiran jurnalisme warga ini justru menjadi pelengkap bagi media mainstream. Mengapa demikian? Karena apabila jurnalisme warga berhasil memberikan apa yang kurang dari media mainstream maka artinya berita dan informasi yang akan diterima masyarakat tentunya lebih melimpah dan menyeluruh, sehingga masyarakat pun bisa mendapatkan informasi dari mana saja.

Akan tetapi, kontra yang dilontarkan oleh jurnalisme warga ini juga membuat kita merenungkan kekredibelan dari kehadiran jurnalisme warga. Kontra tersebut adalah jurnalisme warga tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk dapat menghasilkan berita yang valid dan terpercaya (Widodo, 2020, h.67). Ada pula pernyataan kontra yang menyatakan bahwa para aktor di dalam jurnalisme warga tidak mempunyai pengalaman pelatihan profesional dalam hal mengumpulkan, meliput dan membagikan berita (Widodo, 2020, h.67). Sehingga bisa dikatakan bahwa apabila kita menerima informasi dari sebuah laman jurnalisme warga maka belum tentu berita atau informasi tersebut benar dan bisa terpercaya.

Akan tetapi, apakah seluruh kontra tersebut dapat dibenarkan begitu saja? Tentu sebagai masyarakat yang cerdas dan terinformasi kita tidak boleh memandang sebelah mata dan mengkritisi hal ini. Untuk itu, saya mengambil contoh salah satu jurnalisme warga yang cukup terkenal di kota Yogyakarta yaitu Merapi Uncover. Latar belakang lahirnya Merapi Uncover ini adalah dikarenakan letusan Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 silam karena pada saat itu, banyak masyarakat yang kekurangan informasi atas apa saja yang terjadi pasca ledakan dahsyat gunung tersebut ( Agustina dan Adi, 2023, h.276 ). 

Menurut pengakuan dari pencipta Merapi Uncover, Bapak Totok Hartanto, beliau membuat laman jurnalisme warga tersebut guna memberikan informasi secara otodidak karena beliau sendiri bukanlah seorang jurnalisme profesional dan tidak pernah mengikuti pelatihan atau memiliki pendidikan khusus terkait dengan hadirnya Merapi Uncover ( Agustina dan Adi, 2023, h.276 ). Dengan begitu, pendapat bahwa jurnalisme warga tidak dilakukan oleh seseorang dengan latar belakang profesional dapat dibenarkan. Tetapi, apakah dengan begitu dapat dibenarkan pula bahwa berita dan informasi yang mereka sebarkan itu tidak valid? Mari kita telusuri lebih dalam

Apabila anda mengetahui keberadaan Merapi Uncover ini. Media yang mereka gunakan adalah media sosial, layaknya Instagram dan Twitter. Media sosial seperti Instagram dan Twitter memiliki fitur yang sangat banyak dan salah satunya adalah fitur berbagi foto dan video. Pola yang terlihat dari akun Merapi Uncover adalah mereka tidak hanya memberikan informasi yang cukup rinci pada deskripsi unggahan mereka, namun mereka juga menyertakan foto dan video tentang berita atau informasi yang disebarkan. Dengan begitu, informasi mereka bukanlah informasi belaka dan masyarakat yang melihat hal itu pun akan jauh lebih terinformasi.

Sumber: Akun Instagram Merapi Uncover
Sumber: Akun Instagram Merapi Uncover

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun