Muda, tutur katanya cerdas, dan bersemangat. Inilah yang tampak pada Yosephine Laura, ketika bertemu dengan saya untuk memenuhi janji wawancara. Berpakaian serba hijau, ia menghampiri saya dan mulai mengajak saya berbasa-basi sejenak.
Perempuan muda ini adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FISIP UAJY). Selain sibuk dengan aktivitasnya sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, ia juga dengan tekun menjalankan bisnis berjualan pulsa. Ia biasa menerima permintaan teman-temannya sendiri yang membutuhkan pulsa dengan cepat, tanpa harus mendatangi tempat penjualan pulsa. Hanya melalui pesan singkat (SMS) dan pulsa pun segera masuk ke ponsel pelanggan.
Vina, panggilan akrabnya, mengaku sudah sejak lama menggeluti bisnis ini. Usaha ini ia rintis sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Sejak kelas dua SMA udah aku lakukan, sampai sekarang ini,” ungkapnya.
Perempuan kelahiran Yogyakarta, 5 Maret 1992 ini mengungkapkan jika saudaranya yang membuatnya menjadi tertarik untuk ikut berjualan pulsa. Berkat saudaranya ini, ia menekuni bisnis jualan pulsa. Bahkan akhirnya ia yang menggantikan saudaranya untuk berjualan pulsa.
“Pertamanya sih nggak kepikiran soal ini. Dulu memang fokusnya lebih banyak ke kegiatan sekolah. Sepupuku yang berjualan pulsa saat itu, terus aku diajak dan didaftarin di pusatnya itu supaya jualan juga. Akhirnya sepupuku ini berhenti berjualan pulsa dan aku yang gantiin,” jelasnya dengan santai.
Menurutnya, berjualan pulsa dengan sistem transfer via pesan singkat masih belum banyak saat itu. Orang-orang cenderung membeli pulsa dalam bentuk voucher yang dianggap lebih aman. Namun seiring berjalannya waktu, makin banyak yang memanfaatkan jasa transfer pulsa, bahkan dijadikan sebagai lahan bisnis kecil-kecilan.
“Jualan pulsa dengan sistem transfer ini lebih nyaman. Apalagi pembelinya bisa ngutang dulu. Intinya, ini jadi bisnis yang cukup menjanjikan,” tambah mahasiswi konsentrasi Jurnalisme dan Kajian Media ini.
Meskipun menjadi bisnis yang menjanjikan, Vina menjelaskan jika keuntungan yang didapat tidak dapat dihitung secara kasatmata. Baginya, bisnis ini lebih mengarah ke investasi.
“Keuntungannya nggak bisa aku hitung karena uangnya selalu berputar di situ. Seluruh uang hasil penjualan pulsanya itu pasti aku pakai lagi untuk deposit (stok pulsa yang akan dijual). Biasanya di deposit ada tiga ratus ribu rupiah. Itu dalam seminggu bisa habis, malah kadang-kadang lebih dari seminggu baru habis,” jelas Vina.
Lantas, apakah kegiatan bisnisnya ini mengganggu rutinitasnya sebagai pelajar dan mahasiswa?
“Nggak sama sekali, karena itu bukan kegiatan utama saya. Istilahnya itu bisnis sambil lalu, jadi bisa disambi apa aja,” terangnya sembari tersenyum.
Vina yang aktif terlibat dalam berbagai organisasi baik di luar dan di dalam kampus ini menganggap jika mahasiswa yang berbisnis sembari tetap menjalankan pendidikannya bukanlah hal yang keliru. Baginya, berusaha itu merupakan hak tiap orang, termasuk bagi kaum pelajar dan mahasiswa.
“Selama itu tidak mengganggu dia dan tidak mengganggu orang lain ya itu fine-fine aja. Sekarang kan kita tahu semua orang butuh duit. Asal caranya halal, apa pun itu ya sah-sah aja lah,” jelasnya, sembari menutup wawancara.
https://soundcloud.com/alexander-ermando-drajad/epin-pnf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H