Tapi sepertinya kita sudah biasa mendengar kata-kata orang nomor 2 di Jakarta ini, sudah banyak yang ia nyatakan salah, seolah ia adalah manusia yang paling benar.
Selain itu, Banjir di Jakarta Utara menurut Ahok adalah kesalahan penjaga pintu air yang tidak mengerti SOP buka tutup pintu air.
"Sekarang kalau itu tergenang, pasti Waduk Pluit penuh dong. Tapi kurang dari 1,5 jam kok bisa. Eh ternyata benar pintunya enggak dibuka sama tukang buka pintu airnya. Ya harusnya kamu buka dong kalau lihat pintu air kaya gitu. Orang kita tuh begitu, enggak disiplin SOP-nya" jelas Ahok di Balai Kota, Jum'at (17/1), via okezone.
Ketidak percayaan Ahok sampai sikapnya yang agak arogan sepertinya sudah biasa dilontarkan pada media, dalam menanggapi suatu isu maupun masalah yang sedang dialaminya. Mungkin begitulah caranya. Maklum, saya salah satu pengamat 2 sejoli ini sejak awal mereka menjadi calon Gubernur dan Wakil, karena cara kampanye yang unik.
Jokowi: DPRD Juga Salah
Terakhir, mungkin. Jokowi pun merasa terganggu dengan lambannya DPRD dalam mengesahkan APBD 2014 sebesar 72,7 triliun. Menurutnya, ini menghambat penanganan banjir. Selain itu juga menghambat pembayaran gaji pegawai di lingkungan Pemprov DKI yang akhirnya molor.
Melihat kondisi seperti ini, mengundang tanya yang mungkin menggelitik bagi sebagian orang. Lalu, apa atau siapa lagi yang nantinya akan disalahkan oleh pemimpin nomor wahid di DKI ini? Terkait bencana banjir yang sedang melanda sebagian besar kawasan DKI Jakarta, memang banyak yang harus dipelajari oleh pasangan serasi Jokowi-Ahok. Tapi apakah harus dengan menyalahkan berbagai pihak?
Setiap kejadian seharusnya bisa ditanggapi secara dewasa, karena akan ada yang merasa tidak nyaman dengan penjelasan yang selalu menyalahkan pihak-pihak diluar internal Pemprov DKI. Akhirnya kata-kata manis yang dahulu dijanjikan akhirnya menjadi pahit saat kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jakarta butuh pemimpin yang benar-benar siap menjadi pelayan masyarakat, bukan pemimpin yang senang menyalahkan berbagai pihak.
Pengambilan keputusan juga bisa diukur dengan kondisi yang ada, apakah harus diputuskan segera dengan keputusan sepihak atau membicarakan masalah dengan pihak yang bersangkutan lalu mempercayakan tugas tersebut untuk segera diselesaikan. Dan sikap menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah. Kia semua tahu, pada awalnya Jokowi adalah sosok yang terlihat sangat semangat ingin mengurusi ini itu, saat urusan itu mulai mengalami masalah, barulah menyerahkan hal tersebut ke pihak yang "harusnya" menangani hal tersebut. Jadi tidak tuntas.
Semoga banjir ini ada hikmahnya untuk membuat yang tidak terkuak menjadi lebih terlihat, dan masyarakat lebih bisa pintar menilai siapa sosok yang telah mereka pilih kemarin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI