Mohon tunggu...
Alexa Indrimeda
Alexa Indrimeda Mohon Tunggu... -

Slow but sure

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi: Salahkan Siapa Lagi, Ya?

22 Januari 2014   16:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:34 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Intensitas cuaca pun menjadi faktor utama yang dianggapnya sebagai penyebab volume air meningkat, akhirnya banjir.

"Ini murni karena curah hujan tinggi. Karena semua air dari wilayah atas (Kawasan Puncak/Bogor, Jawa Barat) masuk ke Jakarta" tuturnya pada Sindonews saat memantau Kampung Pulo, Senin (13/1).

Walhi, Manajer Penanganan Bencana menyebutkan bahwa orang yang menyalahkan hujan atas terjadinya banjir itu musyrik.

"Yang namanya volume air tetap segitu, enggak bisa berubah, tapi gentongnya ini yang dikurangi. Kalo lama-lama hanya menyalahkan curah hujan, nantinya masyarakat ini takutnya musyrik, bilang banjir karena Tuhan, padahal hujan itu berkah." tegas sosok yang memiliki nama lengkap Walhi Nasional Murki Friatna, dalam diskusi polemik Sindo Radio.

Nah, memang cerdas Mas Walhi ini, memang sebetulnya tidak seharusnya mengomentari hujan sebagai yang disalahkan. Agak lucu statement dari si politisi PDIP ini, mungkin karena sibuk mengurusi DKI yang jauh berbeda dengan ketentraman kondisi di Solo yang tak banyak tuntutan kebutuhan, membuat ia agak lupa tentang pelajaran terjadinya hujan.

Selain itu, kabar yang mencuat bahwa banjir disebabkan kiriman dari "atas" (baca: dari Bogor, Jabar), akhirnya mengundang reaksi Gubernur Jawa Barat, Aher,  untuk memberikan klarifikasinya secara tegas dalam wawancaranya di Radio Sindo Trijaya.

"Yang di Grogol, Jakbar, Jakut itu bukan karena Jabar. Tolong diluruskan. Kemudian di DKI itu ada 13 aliran sungai dan hanya 1 sungai saja yang dari Jabar, yaitu aliran Ciliwung." tuturnya, Senin (20/1).

Aher juga menambahkan, bahwa banjir yang terjadi di DKI bukan hanya tahun 2014 saja. Selain itu ia pun berharap ini sebagai tahun terakhir membicarakan banjir ketika banjir, kedepan harus bicara banjir ketika tidak banjir. Reaksi ini membuat Aher menemui Jokowi selepas ia dari Sindo Trijaya. Menyalahkan itu memang mudah, namun dampaknya membuat yang lain merasa dirugikan. Apalagi dengan tersebarnya statement tersebut di media televisi yang kebanyakan penerimanya itu instan untuk meng-iya-kan, karena sudah dirasa akurat.

Ahok pun Sama

Tak mau kalah dengan pimpinannya, Ahok pun mulai ikut-ikutan hobi menyalahkan. Depok menjadi sasaran empuk, ia beranggapan bahwa Depok yang menjadi salah satu faktor penyebab banjir. Menurutnya, ini karena Pemerintah Kota Depok memberikan izin untuk membuat perumahan didaerah berkontur rendah.

"Kita tidak bisa paksa mereka. Sama kaya Depok, banyak daerah yang kontur tanahnya rendah terutama kawasan yang dilintasi Ciliwung. Harusnya tidak boleh diuruk, karena volume air naik, masuknya ke daerah rendah tadi. Tapi di Depok apa? Yang terjadi malah kasih izin untuk bikin perumahan. Makanya sekarang kita cari lahan pemilik yang mau jual di Depok, kami mau beli" ujar Ahok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun