Diketahui tragedi Kanjuruhan telah memakan ratusan korban jiwa, patah hati terbesar untuk seluruh pecinta bola tanah air karena tidak ada bola yang seharga nyawa manusia.
Dan kini media dunia telah menyoroti peristiwa tragis tersebut lantaran banyaknya korban anak-anak yang seharusnya bisa menjadi tontonan yang menyenangkan untuk seluruh kalangan usia.
Media dunia seperti Al Jazeera, BBC hingga Accociated Press menyoroti tragedi memilukan di Kanjuruhan Malang.
Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA Nahar seperti dikutip Antara mengatakan, "Tiga puluh tiga anak meninggal dunia (terdiri atas) delapan anak perempuan dan 25 anak laki-laki, dengan usia antara empat tahun sampai 17 tahun,"
Bagaimana tidak menjadi sorotan dunia? Karena kerusuhan terjadi bukan antar supporter, melainkan supporter dengan pihak pengamanan.
Berawal dari dua oknum supporter Arema yang menorobos masuk ke lapangan yang sepertinya marah kepada official dan pemain Arema yang harus menerima pil pahit kekalahan atas Persebaya Surabaya dengan skor 2 : 3 untuk kemenangan Persebaya.
Kapolda Jatim Nico Afinta mengatakan karena supporter kecewa timnya kalah, mereka lalu turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain dan official untuk melampiaskan kekecewaannya. "Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain," terang Nico.
Berbeda dengan Pelatih Arema FC, Javier Roca mengkritik aparatur keamanan. Dia menyebut berlebihan atas tindakan yang dilakukan aparat kepada supporter.
Bahkan istri M. Rafli (pemain Arema) mengungkapkan penyesalan melalui story Instagram miliknya dengan mengandaikan pertandingan kemarin Arema FC menang atas Persebaya.