Canisius College atau yang akrab disebut dengan Kolese Kanisius Jakarta, menjadi sebuah lokasi yang bermakna bagi ribuan orang di Indonesia. Sebagai salah satu sekolah terbaik di Indonesia, Kolese Kanisius menjadi sekolah tempat para siswa berkembang, baik secara akademis maupun secara non akademis. Pembelajaran pun dilakukan sesuai dengan nilai-nilai Ignatian, dari Santo Ignatius Loyola, pendiri Serikat Yesus (SJ). Salah satu bentuk dari nilai tersebut adalah untuk mempelajari hal baru melalui aksi dan berkembang bersama dengan sesama saudara seperjuangan, serta melakukan segala hal demi bertambah besarnya kemuliaan Tuhan. Namun, bagaimana cara mereka mewujudkannya? Siswa, guru, dan karyawan di Kolese Kanisius Jakarta dihadapkan dengan lomba antar sekolah paling bergengsi se-Jabodetabek, bernama CC CUP (Canisius College Cup).
Siswa Kolese Kanisius Jakarta dibagi menjadi berbagai macam panit yang ada. Mulai yang terdapat dalam bidang perlombaan, seperti catur, bulu tangkis, dan voli; serta bidang non perlombaan, seperti kebersihan, perlengkapan, keamanan, bidang desain, dan masih banyak lagi. Siswa-siswa Kolese Kanisius Jakarta diwajibkan untuk mengikuti kepanitiaan dan pihak sekolah tidak pilih kasih. Bagi mereka, CC CUP merupakan tanggung jawab seluruh Keluarga Besar Kolese Kanisius (KBKK), sehingga semua pihak harus mengambil andil dalam menyukseskannya.
Sama seperti dengan saya, seorang Kanisian yang saat ini duduk di bangku SMA kelas 3. Selama 6 tahun berturut-turut, saya sebagai Kanisian mengikuti CC CUP dan menjadi panitia yang beragam jenisnya. Mulai dari tahun pertama saya di Kolese Kanisius Jakarta sebagai anggota kepanitiaan perlombaan catur di POR CC XXX. Sebagai siswa yang belum bersekolah lama di Kolese Kanisius, saya sebagai anak kelas 7 mencoba untuk memperhatikan gerak-gerik teman-teman saya yang bertugas sebagai anggota koordinator bidang. Tahun pertama ini menjadi pengalaman saya dalam pengalaman formasi kepribadian, menjadikan saya Kanisian yang lebih peka terhadap sekitar dan menambahkan pengalaman kepemimpinan bagi saya yang waktu itu masih sangat lugu.
Namun COVID-19 pun datang, mewabah dan menyebar bagai nila dalam susu sebelanga. Secara langsung maupun tidak langsung memaksa kita untuk melakukan perubahan dan beradaptasi dengan ketentuan-ketentuan baru. Seperti memakai masker, berjaga jarak, dan yang paling dialami efeknya bagi siswa dan siswi adalah keberadaan pembelajaran luring (luar jaringan). Bagi Kolese Kanisius Jakarta, hal ini menyebabkan tidak berjalannya POR CC (Pekan Olahraga Kolese Kanisius) bagi pihak SMP dan berkurangnya efektivitas dalam menjalankan CC CUP bagi pihak SMA.Â
Saya merasakan bahwa selama masa pembelajaran luring, saya menjadi kurang terdidik dalam bidang kepemimpinan. Sebagai seorang siswa di masa itu, apakah yang bisa dilakukan? Banyak hal tentu, namun saat itu saya masih menjadi siswa yang cukup anti-sosial dan tidak ingin merasa lelah, padahal kesempatan untuk mengembangkan sifat kepemimpinan sudah ada di depan saya. Di OSIS SMP Kolese Kanisius Jakarta pada waktu itu.Â
Waktu pun silih berganti, pembelajaran luring diringankan hingga akhirnya benar-benar dicabut mandatnya, dan pada akhir bulan Oktober hingga awal bulan November 2022 diadakan kembali CC CUP. Rasa bahagia yang tidak terbendung bagaikan petani yang mendapat hujan dalam musim kemarau, seperti anak kecil yang dibelikan mainan, dan seperti orang kerja yang mendapatkan cuti. Saya sangat bersemangat, bahkan meskipun saya dimasukkan ke dalam panitia yang tidak saya pilih, yaitu bidang perlengkapan, saya tetap melaksanakan tugas saya dengan baik. Akhirnya saya pun jatuh cinta dengan bidang perlengkapan. Atas persaudaraannya yang erat, kebaikan antaranggota saat tugas sedang sulit, dan menurut saya ini menjadi langkah pertama bagi saya dalam hal kepemimpinan. Melatih menjadi teratur dan terorganisir.
Tahun kedua saya di SMA, saya masuk ke dalam kepanitiaan desain dan dekorasi selama acara CC CUP berlangsung. Lebih tepatnya saya diajak teman saya yang saat itu menjadi koordinator bidang tersebut. Selama saya di sana, saya menghadapi yang namanya ekspektasi melebihi kenyataan dan waktu. Pandangan koordinator bidang utama saya sangat bagus, namun waktunya tidak mencukupi dan akhirnya kami terlambat menyelesaikan dekorasi. Melalui ini, saya mempelajari bahwa terkadang kita harus menjadi lebih realistis dalam melihat hal, dan memberikan apa yang kita punya.
Pengalaman-pengalaman ini telah membangun saya menjadi pribadi saya saat ini, yang menurut saya sudah lebih terorganisir dan dapat bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan. Seperti yang mereka bilang, pengalaman dan kesalahan adalah guru terbaik, dan praktik adalah cara membuat ilmu tetap diingat oleh kita. Saat ini, saya sedang dihadapkan dengan tanggung jawab sebagai koordinator bidang pertandingan Taekwondo di CC CUP yang ke-39 ini. Ilmu dan pengalaman yang saya telah akumulasi diharapkan dapat berguna dalam memandu berjalannya pertandingan hingga selesai dengan lancar dan aman sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H