Dalam artikel, teks anekdot digunakan dalam perihal politik dan kenegaraan, dimana pada umumnya menggunakan bahasa yang baku  santun, dan terkesan kaku, sehingga penggunaan teks anekdot menjadi suatu udara segar bagi seseorang dalam kritik atau menyampaikan pendapat yang tersirat dalam contoh kehidupan sehari-hari. Sama seperti contoh konkritnya yaitu presiden keempat Indonesia Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur yang menggunakan teks anekdot dalam pidato-pidatonya dengan alasan utama agar menarik perhatian orang dan mempermudah pemahaman mengenai suatu masalah kepada orang yang mungkin kurang mengerti konteks permasalahan yang dibahas di kehidupan sehari-hari. Penggunaan teks anekdot dalam ranah publik juga menimbulkan beberapa kesalahpahaman dan seringkali berujung pada permasalahan lain, oleh karena itu saya setuju dengan pendapat penulis bahwa penggunaan teks anekdot harus digunakan dengan bijak dan sesuai konteks. Secara singkat, karya tulis yang sangat membuka pikiran dan menambah wawasan.
Pengertian teks anekdot sendiri adalah jenis teks yang berisi cerita pendek atau kejadian yang menarik dan seringkali disampaikan dengan tujuan menghibur atau memberi inspirasi kepada pembaca atau pendengar. Biasanya, cerita dalam teks anekdot memiliki unsur humor atau ironi, dan diambil dari pengalaman nyata yang dialami seseorang atau diceritakan oleh orang lain. Teks anekdot dapat ditemukan dalam berbagai konteks seperti pidato, presentasi, artikel, atau esai. Bahkan, teks anekdot juga sering digunakan sebagai bagian dari narasi di media sosial.
Contoh teks anekdot adalah "Jalan Macet" karya Johannes Alexander P.L yang berbunyi:
Pada suatu pagi yang cerah, Budi berangkat ke kantornya dengan menggunakan mobil. Pagi itu merupakan pagi yang sangat ramai sehingga jalanan pun penuh dengan kendaraan.
Budi: "Aduh ini ada apa pagi ini? Kok macet banget?"
Lalu Budi pun bertanya pada mobil di sebelahnya yang ternyata adalah teman kantornya yaitu Andi.
Budi: "Permisi Pak, ini kenapa jalannya macet banget ya Pak? Oh Andi?"
Andi: "Budi? Nggak tau Bud, saya juga sudah nunggu lama banget Bud, saya yakin ini orang gila yang mengendarai mobil di depan."
Budi: "Ya mungkin saja di, tapi jangan didoain dulu hei"
Andi: "Iya, cmn sudah dari tadi ga gerak, lama-lama saya kesal sekali ini. Kalo orangnya ada di kantor kita mungkin sudah berkelahi kita."
Seketika Andi berkata seperti itu, terdengarlah suara ambulans  datang dari arah yang berlawanan.
Budi: " :| "
Andi: " :| "
Andi: "Maaf." Sembari mengatupkan kedua tangannya
Bisa dianalisis bahwa pada pagi hari, jalan tersebut sangat macet dan pengemudi mobil kebetulan bersebelahan dengan teman kantornya dan temannya ini memiliki tingkat kesabaran yang bisa dibilang cukup rendah, sehingga Ia tanpa berpikir panjang berkomentar dan berprasangka buruk, namun ternyata yang menyebabkan kemacetan tersebut karena ada orang yang mengalami kecelakaan. Moral dari teks anekdot yang telah dibuat adalah untuk berpikir lebih panjang dalam bertindak dan berkata, serta tidak cepat-cepat mengambil kesimpulan dan berprasangkan buruk terhadap orang lain, suatu masalah yang seringkali ditemukan di masyarakat Indonesia saat ini.
Fungsi dominan dari teks anekdot adalah untuk menghibur para pembacanya dan seringkali digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan tersirat berupa kritikan dan pandangan terhadap kasus yang terjadi di dunia nyata, berkutik di sosial budaya, keamanan, politik, dan masyarakat sekitar pada umumnya. Juga teks anekdot bisa menjadi sarana untuk memperkaya kosa kata dan gaya bahasa pembaca atau pendengar. Dalam teks anekdot, seringkali terdapat kata-kata atau ungkapan yang tidak biasa atau kreatif, sehingga dapat memperluas kosa kata dan meningkatkan kemampuan bahasa pembaca atau pendengar.
Penggunaan teks anekdot dalam ranah publik juga bisa menimbulkan beberapa kesalahpahaman dan seringkali berujung pada permasalahan lain, oleh karena itu penggunaan teks anekdot harus digunakan dengan bijak dan sesuai konteks. Apalagi di ranah masyarakat Indonesia, dimana publik menjadi hakim atas semua informasi yang beredar, baik secara resmi maupun tidak resmi yang paling sering ditemukan di internet. Sehingga penggunaan teks anekdot menjadi pedang berbilah dua, dimana di satu sisi bisa memberikan wawasan dan informasi dengan bahasa dan kesadaran yang lebih mudah dimengerti dan di satu sisi bisa menyebabkan kesalahpahaman dan konflik akibat apa yang dibicarakan. Namun teks anekdot juga bisa menjadi sarana untuk menceritakan realita dunia sekitar dalam rupa yanv lebih bisa diterima oleh kalangan masyarakat, terutama di Indonesia.
Bisa disimpulkan bahwa teks anekdot merupakan sebuah sarana yang menceritakan kejadian dan cerita humoris seringkali disertakan dengan kritik, nilai moral, dan pesan tersirat untuk mengedukasi dan membuka wawasan serta pandangan masyarakat sekitar. Bisa digunakan dalam ranah politik, sebagai alat untuk mendekatkan diri dengan masyarakat dan menyampaikan aspirasi serta bisa digunakan untuk mendidik kaum muda akan nilai-nilai moral, karena dengan teks anekdot kaum muda bisa lebih memahami sebab akibat dan apa yang hendak diajarkan melalui teks anekdot. Sebenarnya teks anekdot memiliki tujuan utama yaitu untuk menghibur para pembacanya, namun juga bisa ditambah dengan pesan tersirat. Namun penggunaan teks anekdot juga perlu hati-hati, terutama dalam penggunaanya untuk publik karena tidak ada yang tahu siapa yang mungkin merasa tersindir oleh teks anekdot tersebut. Sehingga saran yang bisa diberikan adalah mengetahui target teks anekdot dan menyusun kebahasaan agar tidak terjadi kesalahpahamaan.
Disunting oleh: ISEM/16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H