Mohon tunggu...
Aletha Radhwa Pratiwi
Aletha Radhwa Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana: Perpaduan Pesona Budaya dan Dinamika Pengalaman Penonton

16 Desember 2024   22:50 Diperbarui: 16 Desember 2024   23:09 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tari Kecak adalah salah satu seni pertunjukan yang menjadi ikon budaya Bali. Dramatari ini menampilkan kisah epik Ramayana yang dimainkan oleh puluhan laki-laki, duduk melingkar sambil menyerukan irama “cak” dan mengangkat kedua tangan. Tidak hanya menjadi hiburan, Tari Kecak berakar dari ritual sakral Sanghyang, di mana penari dalam kondisi trans menyampaikan doa atau pesan spiritual kepada masyarakat. Tari Kecak memadukan elemen seni dan spiritualitas yang menjadikannya unik dan penuh makna.

Salah satu tempat terbaik untuk menyaksikan keindahan Tari Kecak adalah di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park (GWK), Bali. Terletak di Desa Ungasan, sekitar 40 kilometer dari Denpasar, taman budaya ini menjadi destinasi ikonik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. GWK memiliki daya tarik utama berupa patung raksasa Garuda Wisnu Kencana setinggi 121 meter, yang menggambarkan Dewa Wisnu menunggangi Garuda. Patung ini tidak hanya menjadi landmark Bali tetapi juga simbol keagungan budaya Nusantara.

Pertunjukan Tari Kecak di GWK dilakukan di area Amphitheatre, salah satu bagian dari Lotus Pond. Lotus Pond sendiri merupakan area terbuka terbesar di GWK yang sering digunakan untuk acara besar, baik nasional maupun internasional. Dengan latar belakang pilar-pilar batu kapur dan patung Garuda, pertunjukan Tari Kecak di sini memiliki nuansa magis tersendiri, terutama saat dipadukan dengan senja Bali yang indah.

Keindahan Tari Kecak di GWK tak hanya terletak pada kisahnya yang legendaris, tetapi juga adaptasinya yang unik. Berbeda dari Tari Kecak pada umumnya yang berfokus pada Ramayana, GWK menghadirkan kisah epik perjalanan Garuda mencari Tirta Amertha untuk membebaskan ibunya. Adaptasi ini memberikan sentuhan khas dan membedakan GWK dari lokasi lainnya. Properti panggung yang apik, ogoh-ogoh, tata cahaya warna-warni, suara lantang “cak cak cak” yang ritmis, serta interaksi dari sepasang MC yang membangun suasana membuat pengalaman menonton semakin hidup. Tidak jarang, MC menyebutkan dan mengabsen asal rombongan penonton, menciptakan kehangatan tersendiri di tengah keramaian.

Namun, di balik keindahan tersebut, terdapat beberapa aspek yang dapat ditingkatkan. Lokasi pertunjukan di Amphitheatre, meskipun strategis, memiliki beberapa kendala. Panggung yang terbuka dan datar membuat penonton di barisan belakang kesulitan menikmati pertunjukan dengan jelas. Hal ini diperburuk dengan desain tempat duduk yang tidak seluruhnya berbentuk tangga, sehingga akses dan pandangan menjadi kurang optimal. Sisi tangga yang tersedia juga berfungsi sebagai jalur masuk, menyebabkan gangguan saat rombongan penonton duduk di tangga tersebut.

Selain itu, fasilitas untuk difabel masih kurang memadai. Beberapa tangga tidak dilengkapi jalur khusus, sehingga membatasi aksesibilitas bagi difabel. Ketika pertunjukan usai, alur pengunjung yang menuju pintu keluar juga terkesan tidak teratur. Tanpa adanya crowd control, banyak pengunjung yang berdesakan, bahkan terpisah dari rombongannya. Untuk mengatasi masalah ini, GWK dapat mempertimbangkan desain ulang area pertunjukan dengan lebih banyak kursi bertingkat, menyediakan jalur keluar alternatif untuk mencegah penonton keluar secara berhimpitan, serta menerapkan sistem crowd control yang efektif agar pengunjung dapat bergerak dengan nyaman.

Selain perbaikan fasilitas, publikasi acara juga perlu ditingkatkan. Saat ini, informasi mengenai Tari Kecak di GWK sudah tersedia di berbagai platform, seperti Instagram (@gwkbali), situs resmi GWK (gwkbali.com), dan poster di sekitar lokasi. Namun, pendekatan yang lebih masif melalui media sosial dapat menjangkau lebih banyak audiens, khususnya generasi muda yang gemar mencari informasi melalui platform digital. Konten kreatif seperti video pendek, ulasan pengunjung, dan kolaborasi dengan influencer pariwisata dapat menjadi strategi efektif untuk menarik lebih banyak wisatawan.

Sebagai salah satu destinasi wisata budaya terbaik di Bali, Garuda Wisnu Kencana memiliki potensi besar untuk memberikan pengalaman yang tidak hanya memikat tetapi juga nyaman bagi para pengunjung. Dengan keindahan dan nilai seni yang sudah dihadirkan, ditambah upaya peningkatan fasilitas serta strategi publikasi yang lebih luas, GWK dapat terus mengukuhkan dirinya sebagai simbol keagungan budaya Bali di mata dunia.

Tari Kecak di GWK bukan hanya sebuah pertunjukan seni, melainkan juga jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, tradisi dengan modernitas. Meski ada tantangan, pengalaman menyaksikan magisnya Tari Kecak tetap menjadi momen yang sulit dilupakan, mengingatkan kita betapa kaya dan agungnya warisan budaya Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun