Hari Sabtu pagi tepatnya pukul 06.30 tanggal 20 Februari 2016, saya dan teman-teman yang berjumlah 14 orang berkumpul di Stasiun Pasar Minggu untuk mengawali perjalanan kami menuju tempat kediaman Suku Baduy Luar yang terletak di Banten. Mengapa hanya Baduy Luar dan bukannya sekaligus ke Baduy Dalam? Pilihan tersebut kami lakukan bukannya tanpa alasan. Awalnya, kami berencana untuk mengunjungi Baduy Dalam yang cara hidupnya masih sangat tradisional dan terjaga kearifan lokalnya dibanding dengan Baduy Luar. Tetapi, bertepatan dengan dilaksanakannya perjalanan kami saat itu, Baduy Dalam sedang melaksanakan salah satu upacara adat mereka yaitu Upacara Kawalu. Apa itu Upacara Kawalu? Nanti akan kami jelaskan lebih lanjut.
Kami sudah menyiapkan semuanya dari mulai logistik, rundown acara, dan contact person yang akan menemani kami selama kami di Baduy. Hari begitu cerah mengiringi perjalanan kami. Setelah kami berkumpul, kami langsung melakukan perjalanan dari Stasiun Pasarminggu dengan commuter line jurusan Tanah Abang untuk bertemu satu orang lagi teman kami dan selanjutnya menaiki kereta Rangkas Jaya di sana. Kami berangkat dari Stasiun Pasar Minggu tepat pukul 07.00 WIB.
Pukul 07.52 kami sampai di Stasiun Tanah Abang dan bertemu dengan satu teman kami dan perjalananpun resmi dibuka dengan membaca doa. Sebelumnya, kami sudah membeli 15 tiket perjalanan menuju Rangkasbitung dengan harga per tiket Rp 5.000,00. Setelahnya, kami menunggu kedatangan Kereta Rangkas Jaya yang akan membawa kami ke Stasiun Rangkasbitung.
Pukul 08.13, kereta datang. Kereta masih melakukan persiapan selama beberapa menit sehingga kereta baru berangkat menuju Stasiun Rangkasbitung pada pukul 08.32. Pukul 09.40, kereta berhenti di Stasiun Tigaraksa. Kursi-kursi yang masih kosong segera terisi dengan cepat dengan naiknya penumpang baru dari Stasiun Tigaraksa.
Pukul 09.53 kereta kembali melanjutkan perjalanan dari Stasiun Tigaraksa. Setelah menunggu selama kurang lebih 40 menit, akhirnya kereta sampai juga di Stasiun Rangkasbitung, tempat di mana perjalanan kami ke Suku Baduy Luar akan segera dimulai. Tepatnya pukul 10.28, kereta berhenti di Stasiun Rangkasbitung. Kami segera mengemasi barang-barang kami dan memastikan tidak ada sesuatupun yang tertinggal, lalu turun dari kereta.
Di peron, kami menghubungi contact person yang akan mengantarkan dan sekaligus menjadi guide kami dalam perjalanan ke Suku Baduy Luar. Setelah bertemu, kami segera berjalan keluar dari stasiun ke tempat elf parkir.
Pukul 12.08, setelah perjalanan yang sangat mengesankan dengan elf, akhirnya sampailah kami di Desa Ciboleger. Desa ini merupakan pintu masuk menuju Suku Baduy Luar. Di desa ini kami melakukan ishoma lalu pada pukul 13.15, kami mulai memasuki perkampungan Baduy. Sebelum pintu masuk ke perkampungan tersebut, kami melewati pasar di mana masyarakat Suku Baduy melakukan transaksi jual-beli di situ. Di mana-mana kami melihat manusia, tua dan muda, laki-laki juga perempuan, mengenakan baju berwarna hitam dan putih, berseliweran membawa barang dagangan ataupun barang yang mereka beli di pasar tersebut.
Sebelum memulai Trekking, kami mendaftarkan diri kami terlebih dahulu selaku syarat untuk memasuki Kampung Baduy kepada “Puun” atau biasa orang awam sebut Ketua RT. Contact person kami memperkenalkan kami kepada Kang Santa, seorang Baduy Dalam, yang akan menjadi guide kami dalam perjalanan ini. Setelah urusan registrasi sudah selesai, kami pun memulai Trekking menuju Kampung Baduy. Setelah melewati beberapa desa yang terpisah-pisah, satu setengah jam kemudian tepatnya pukul 15.00 sampailah kami di desa tempat kami menginap yakni Desa Gajebo.
Di desa inilah kami akan bermalam dan melepas lelah. Di sela-sela waktu istirahat kami, kami mulai bercakap-cakap dengan Kang Santa. Kami bertanya-tanya mengenai acara Upacara Kawalu yang dilaksanakan oleh Baduy Dalam yang menyebabkan Baduy Dalam ditutup untuk beberapa waktu. Dengan kemampuan berbahasa Sunda kami yang pas-pasan, dan kemampuan Kang Santa berbahasa Indonesia dengan lumayan, kami berhasil mendapat beberapa informasi mengenai upacara sakral ini.
Upacara Kawalu adalah salah satu dari sekian banyak upacara adat Suku Baduy. Tujuan diadakannya upacara ini adalah untuk berterima kasih dan bersyukur atas musim panen di Suku Baduy. Seluruh masyarakat Baduy ikut melaksanakan upacara ini, namun pelaksanaan terfokus di Baduy Dalam sehingga hanya Baduy Dalam-lah wilayah yang ditutup selama beberapa saat ketika upacara ini dilaksanakan. Upacara Kawalu dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya setiap tanggal 18 atau 19 Februari dan akan berlangsung sampai bulan Mei. Rangkaiannya masih bisa berlangsung pada hari dan bulan tertentu yang dipilih Ketua Adat, berupa makan-makan besar di Baduy Dalam.
Upacara Kawalu hanya dilaksanakan selama satu hari, namun rangkain upacaranya berlangsung sampai berminggu-minggu lamanya. Rangkaian upacaranya adalah menanam padi, nagrak, dan kawinan. Ada juga acara membawa hasil panen dari Baduy Luar ke Baduy Dalam untuk dimasak dan dimakan bersama di sana.