Serangan yang muncul semakin gencar ketika Erick membongkar sejumlah kasus korupsi besar di BUMN. Sebut saja ketika Erick sendiri membongkar kasus Jiwasraya. Lucunya, pihak yang terseret megakasus itulah yang justru melontarkan serangan berbau fitnah pada pribadi Erick. Serangan dilakukan via sejumlah proksi bayaran di media sosial.
Cocokologi fitnah soal Jiwasraya yang dikaitkan dengan salah satu perusahaan Erick sejatinya sangat mudah dipatahkan lewat fakta maupun akal sehat. Ini terutama dengan fakta bahwa investasi Jiwasraya pada saham ABBA (Mahaka) dilakukan jauh sebelum kasus terjadi, atau pada 2014. Fakta pula bahwa investasi Jiwasraya di Mahaka justru menghasilkan keuntungan Rp 2,8 miliar.
Fitnah dari proksi bayaran juga menyasar pada akuisisi Telkomsel dan Gojek. Cocokologi pun diarahkan pada sosok Boy Thohir yang merupakan komisaris Gojek. Serangan yang lagi-lagi tak berdasarkan basis kompetensi dan kapasitas ilmu manajemen korporasi. Lebih dari itu fitnah tak belandas logika.
Sebaliknya, serangan semakin mencerminkan skenario dari pihak-pihak yang gerah dengan sepak terjang Erick di BUMN. Sebab faktanya, Telkomsel mengakuisisi Gojek yang notabene merupakan digital platform dengan valuasi terbesar di Indonesia. Terlepas posisi Boy, strategi akuisisi Telkomsel merupakan langkah korporasi yang sangat efektif untuk mengejar ketertinggalan Telkom di dunia digital. Â Langkah ini secara parameter ilmu manajemen merupakan strategi terukur Telkomsel untuk mengembangkan usahanya.
Faktanya, Gojek merupakan rebutan perusahaan besar dunia, seperti Google dan Alibaba. Sebuah langkah tepat jika Telkomsel sebagai perusahaan nasional mengamankan posisinya pada aset vital perusahaan digital nasional tersebut.
Walau mendapat serangan balik, Erick bergeming. Dia tetap berani buka-bukaan atas sejumlah penyimpangan yang selama ini terjadi di BUMN. Ini seperti langkah berani Erick membawa kasus penyewaan pesawat yang telah berpuluhan tahun membebani Garuda. Erick juga berani menekan pihak internasional yang terlibat dalam praktik sewa-menyewa pesawat yang telah membuat performa finansial Garuda babak belur.
Bersamaan dengan langkah berani Erick ini, serangan balik pun bekerja. Polanya masih sama dengan serangan-serangan terdahulu. Digunakan pengamat-pengamat bayaran dengan baju sebagai aktivis. Skenario tersistematis pun dirancang dengan lagu baru yakni isu bisnis PCR dalam PT GSI.
Operasi dilakukan lewat serangan darat dan udara. Serangan udara lewat jalur media sosial hingga media bayaran. Â Sedangkan di darat, sejumlah sekenario demonstrasi, aksi relawan bodong, hingga pemasangan billboard. Semua serangan ini dirancang secara sitematis dan terencana. Semua sudah dilakukan sejak menit pertama Erick bersih-bersih di BUMN.
Erick ibarat orang yang tiba-tiba datang dan menganggu pesta komplotan yang telah lama menggerogoti perusahaan negara. Ibarat sarang lebah yang diusik, sudah pasti komplotannya akan bersatu untuk menyerang balik.
Jejak digital membuktikan hal ini. Setiap Erick melakukan gebrakan bersih-bersih, niscaya beragam serangan balik berupa fitnah akan muncul dari aktor bayaran berbaju aktivis media yang orangnya itu-itu saja. Â Pola serangan, alur cerita hingga nominal untuk memfabrikasi fitnah pun selalu sama.
Rasanya, akan semakin banyak lagi gebrakan yang dilakukan Erick guna membenahi BUMN. Dan sepanjang itu pula akan semakin banyak oknum yang termotivasi untuk menjatuhkan Erick.