Mohon tunggu...
Aleksandr I
Aleksandr I Mohon Tunggu... Mahasiswa -

"Para penyambung lidah bernubuat palsu dan para wakil mengajar dengan sewenang - wenang, serta yang diajar menyukai yang demikian! Tapi apa yang akan mereka perbuat, apabila datang endingnya?"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Curahan Hati Anak Bangsa [Jilid 1 Mungkin]

29 April 2018   18:53 Diperbarui: 29 April 2018   19:10 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebagai seorang anak banga
Yang ditaruh Tuhan di Indonesia
Dimana katanya ada semut karena ada gula
Tapi harus impor karena mafia
Entah demi Indonesia Raya
Atau demi Kantong Saya Raya

Sebagai seorang anak bangsa
Yang ditempatkan Tuhan di Indonesia
Miris mendengar anak polos di berita
Dengan lantang menyuarakan "Indonesia Raya"
Namun terancam bubar api membara
Entah fiksi atau fakta dalam realita

Sebagai seorang anak bangsa
Yang ditempatkan Tuhan di Indonesia
Harusnya bangga dengan sejarah dirajut kala
Tak kalah dari Mesir, Jepang, maupun Eropa
Namun sedikit mempertanyakan saja
Langsung anti kemapanan, anti-nasionalisme, anti-agama

Sebagai seorang anak bangsa
Yang ditempatkan Tuhan di Indonesia
Yang harusnya bangga
Dengan indahnya surga warna
Namun menangis ibu dan anak - anaknya
Kala satu merobek semua seiring kala meregang dengan nyawa

Sebagai seorang anak bangsa
Yang ditempatkan Tuhan di Indonesia
Dimana semua berseru "Damai! Damai sejahtera!"
Namun tiadalah ditemukan kala
Yang mengelus dada
Sembari berkata, "Semua sudah digariskan adanya."

Sebagai seorang anak bangsa
Yang ditempatkan Tuhan di Indonesia
Dimana generasi penerus diagung - agungkan katanya
Namun untuk sekolah tidak bisa hanya niat saja
Setinggi - tingginya sekolah hanya permainan dewi Fortuna
Hanya jalan nestapa mubazir sisanya

Sebagai seorang anak bangsa
Yang ditempatkan Tuhan di Indonesia
Yang mencoba belajar membuka mata
Hanya untuk mendapati penglihatannya sirna
Atas nama kestabilan apapun ingin mereka
Sembari terperosok ke kejatuhan nestapa

Sebagai seorang anak bangsa
Yang sudah melihat pahit realita
Dimana damai tiadalah ada menurut manusia
Yang ada yang dipaksakannya
Tidakkan kamu mau percaya?
Bukanlah urusan saya yang sudah terbukakan adanya

[Akankan ada jilid 2?... Mungkin. Mungkin tidak.]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun