Mohon tunggu...
Angela Retie
Angela Retie Mohon Tunggu... karyawan swasta -

:)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Intip Masalah Sungai Citarum, Ayo Ikut Studi Banding ke Taiwan dan Amerika Serikat!

1 Mei 2011   18:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:11 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebagai orang asli Jakarta yang mau tidak mau harus membiasakan diri dengan pemandangan miris sungai yang dipenuhi sampah dan limbah, mungkin memang bukan pada tempatnya jika saya harus mengomentari masalah sungai Citarum. Namun sebagai generasi muda yang hidup di era go-green denganmaraknya kampanye ramah lingkungan, mata saya mulai terbuka dan hati pun tergerak untuk ikut ‚meramaikan‘ sekaligus berkontribusi positif kepada kelestarian lingkungan sekitar, toh itung-itung untuk menyelamatkan dunia juga!

Kali ini topik yang menjadi sorotan adalah sungai Citarum. Sungai Citarum yang terletak di Provinsi Jawa Barat ini ternyata memiliki banyak fakta menarik. Membentang dengan panjang aliran kurang lebih 300km, sungai Citarum otomatis memiliki nilai ekonomi yang tinggi, terbukti dengan jutaan penduduk menggantungkan hidupnya dari aliran air sungai ini. Sayangnya, sungai Citarum yang sebenarnya memiliki potensi besar harus menyandang "gelar" baru sebagai salah satu 10 Sungai Terburuk di Dunia sejak 2007 (sumber: Wikipedia).

Sebenarnya, apa sih masalah yang terjadi di sungai Citarum ini? Bagi sebagian besar orang yang belum pernah menginjak tanah Bumi Pasundan, mungkin yang ada di bayangan mereka hanyalah sampah yang mengapung di sepanjang sungai, tidak jauh berbeda seperti kebanyakan sungai di pulau Jawa. Ternyata, justru sampah inilah awal dari segala permasalahan. Seperti yang kita tahu, sungai selain berfungsi sebagai sumber air bersih dan energi, bermanfaat pula untuk menangkal banjir, berperan sebagai industri perikanan, tempat rekreasi air, dan juga habitat asli banyak organisme. Nah, sampah ternyata telah melumpuhkan semua potensi positif yang dimiliki sungai!

Bisa dibayangkan andai saja sungai Citarum adalah sungai bersih yang produktif, akan ada begitu banyak keuntungan yang bisa dinikmati individu, komunitas sekitar sungai Citarum, pemerintah kota, bahkan sampai ke seluruh pulau. Dengan sungai bersih, pasokan air bersih bisa dengan mudah tersalurkan ke setiap rumah penduduk. Perbaikan taraf ekonomi juga didukung dengan industri perikanan yang menjanjikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Pendapatan pemerintah kota juga bisa meningkat dengan beroperasinya pusat rekreasi sungai; dan yang paling penting, kota di sekitar Bandung bahkan seluruh Jawa Barat akan senantiasa bebas banjir. Yang paling penting di sini adalah public awareness (kesadaran masyarakat) yang perlu ditingkatkan dengan memaparkan manfaat yang akan masyarakat peroleh dari sungai bersih, bukan dengan menyajikan masalah yang ada.

Studi Banding ke Taiwan

Beberapa waktu belakangan, rakyat Indonesia dibuat panas oleh ulah para wakil rakyat yang sibuk studi banding ke luar negeri dengan alasan memperoleh ilmu untuk mengatasi masalah di dalam negeri. Nah, tidak mau kalah dengan para wakil rakyat, saya akan mengajak pembaca ikut serta dalam studi banding melihat upaya negara lain mengatasi masalah sungai yang tercemar. Negara yang kali ini kita kunjungi adalah Taiwan, tepatnya kota Kaohsiung, yang merupakan kota terbesar kedua sekaligus kota pelabuhan penting di bagian selatan Taiwan.

Menyelesaikan studi S1 di Kaohsiung 4 tahun lamanya, membuat saya tahu banyak mengenai sejarah kota ini. Salah satu landmark kota Kaohsiung sendiri adalah Love River (terjemahan: Sungai Cinta –red), yang sekarang menjadi tempat tujuan wisata terfavorit di kota ini. Ternyata, di era tahun 60an, Love River adalah sungai penuh sampah dengan air berwarna hitam pekat dan berbau tidak sedap. Hal ini mendorong pemerintah kota untuk segera bertindak, mengingat Love River adalah simbol penting kota Kaohsiung. Program normalisasi sungai pun dimulai sejak akhir tahun 70an dan hebatnya, program restorasi fungsi Sungai Cinta ini masih berlangsung sampai sekarang dengan berbagai macam upaya.

Love River mulai dibersihkan dengan membangun pintu air yang ditujukan untuk mengumpulkan semua sampah yang mengapung dan mengirimnya ke pusat daur ulang. Air sungai yang perlahan mulai bebas sampah pun mengalir secara alami seiring dengan siklus alam dengan bantuan hujan dan sinar matahari yang membantu sungai memperbaharui sistemnya. Selain itu, pemerintah mulai membangun taman-taman indah penuh dengan pepohonan rindang dan bunga berwarna-warni. Bahkan saat saya menginjak tahun ketiga masa studi, pemerintah kota Kaohsiung lebih gencar lagi mempercantik Love River dengan membangun jalur pejalan kaki dan jalur sepeda yang sangat indah.

 

[caption id="attachment_104553" align="aligncenter" width="461" caption="Jika tahu sejarahnya, tidak ada yang menyangka Love River ini dulu bernasip seperti sungai Citarum (Foto: dokumen pribadi penulis) "][/caption]  

 

[caption id="attachment_104552" align="aligncenter" width="461" caption="Jalur sepeda di sepanjang Love River setelah rampung di tahun 2008 (Foto: dokumen pribadi penulis) "][/caption]  

 

[caption id="attachment_104551" align="aligncenter" width="461" caption="Love River, Kaohsiung setelah proses revitalisasi berkelanjutan dari tahun 1979 (Foto: dokumen pribadi penulis) "][/caption]

Menyandang nama yang romantis, Love River juga memanjakan para turis wisata dengan fasilitas penyewaan kapal feri atau perahu dayung yang sedianya sangat pas untuk para pasangan tua-muda. Pemerintah kota juga berusaha menumbuhkan rasa cinta penduduk Kaohsiung terhadap Love River dengan mengadakan berbagai macam perayaan dan festival yang bertempat di Love River, misalnya festival tahunan Perahu Naga dan Festival Lentera. Di kanan-kiri sungai ini juga ada banyak bangunan menarik untuk para pengunjung seperti Museum Film Nasional, Museum Sejarah Nasional, dan Gedung Pertunjukan Musik. Bisa dibayangkan jika Citarum bisa mengikuti jejak Love River, Provinsi Jawa Barat dapat menambah daftar satu tujuan wisata turis favorit!

Studi Banding ke Amerika Serikat

Selain Taiwan dengan kisah Love River-nya, ternyata di negeri maju seperti Amerika Serikat, sungai-sungai juga mengalami pencemaran dari limbah industri yang sangat parah. Untuk mengatasi hal ini, masyarakat yang memiliki kesadaran berhimpun dalam organisasi American Rivers dan menggalang kegiatan berskala nasional dengan tajuk National River Cleanup (terjemahan: Hari Pembersihan Sungai Nasional-red). Sesuai namanya, kegiatan yang telah berlangsung selama 20 tahun ini bertujuan untuk membersihkan sungai. Luar biasa, sejak berjalannya kegiatan ini dari tahun 1991, National River Cleanup telah menghimpun setidaknya 960.000 orang sukarelawan yang telah berhasil membersihkan tidak kurang dari 5 juta kilogram sampah di sungai-sungai seluruh Amerika Serikat! (sumber: www.americanrivers.org)

 

[caption id="attachment_104555" align="aligncenter" width="448" caption="Warga Amerika Serikat yang turun tangan membersihkan sungai di wilayah tempat mereka tinggal di Hari Pembersihan Sungai Nasional (sumber:Google)"][/caption] [caption id="attachment_104554" align="aligncenter" width="250" caption="2011 National River Cleanup oleh organisasi American Rivers (sumber:www.americanrivers.org)"][/caption]

Oleh-oleh Studi Banding untuk Sungai Citarum

Menilik sejarah kelam Love River di kota Kaohsiung dan kesadaran masyarakat yang tinggi akan kelestarian sungai di Amerika Serikat, setidaknya kita bisa mendapatkan pelajaran yang berharga bahwa bukanlah hal yang tidak mungkin jika sungai Citarum bebas sampah. Hal ini sangat mungkin diupayakan jika masyarakat mulai memupuk kesadaran akan pentingnya peran sungai dalam kehidupan kita. Bercermin dari studi banding ini, pemerintah bisa menggawangi kegiatan bagi para sukarelawan peduli lingkungan, bahkan warga sekitar Citarum, untuk membersihkan sampah. Setiap orang yang berpartisipasi bisa mendapatkan sertifikat resmi dari pemerintah atas kontribusi nyata mereka.

Jika sungai Citarum sudah bebas sampah, Dinas Pekerjaan Umum bisa mengutus beberapa aparat sebagai River Guardian atau Petugas Penjaga Sungai, yang memiliki kewajiban menjaga kebersihan sungai dan memiliki wewenang untuk memberi sanksi kepada pihak manapun yang berusaha mengotori sungai. Jika lalu lintas punya Polisi yang bisa menilang, kenapa sungai tidak?

Selain itu, industri sekitar sungai Citarum diharapkan tidak lupa menerapkan CSR (Corporate Social Responsibility/ Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) yang tidak boleh mengesampingkan tanggung jawab terhadap lingkungan dalam kegiatan operasional perusahaan. Berangkat dari sinilah, pihak pebisnis bisa bekerjasama dengan pemerintah kota untuk mengupayakan proses normalisasi sungai Citarum; tentunya dengan harapan agar upaya ini bisa dilaksanakan dengan bebas korupsi dan nantinya berujung pada kepentingan masyarakat banyak.

Opini dan saran saya di atas hanyalah sebuah wacana, yang saya yakini sangatlah mungkin untuk direalisasikan. Upaya yang dilakukan terus menerus secara berkala dalam jangka panjang, jika mencontoh Taiwan dan Amerika Serikat, niscaya akan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh sungai Citarum. Tinggal tanggung jawab kita sebagai masyarakat untuk bisa melestarikan sungai agar masih bisa dinikmati manfaatnya oleh anak cucu kita dari generasi mendatang.

Oleh: Angela Retie

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun