Mohon tunggu...
Aleena Khansa2410
Aleena Khansa2410 Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

hobi saya mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tantangan Besar untuk Generasi Mendatang

24 Oktober 2024   07:39 Diperbarui: 24 Oktober 2024   07:43 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Meski telah menunjukkan beberapa kemajuan, prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting pada tahun 2023 turun menjadi 21,6% dari angka 24,4% di tahun sebelumnya. Namun, angka ini masih berada di atas batas standar yang ditetapkan oleh WHO, yaitu di bawah 20%.

Apa Itu Stunting?

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang diakibatkan oleh kekurangan gizi dalam jangka waktu yang panjang. Stunting tidak hanya berhubungan dengan masalah tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya, tetapi juga terkait dengan perkembangan otak dan fungsi kognitif anak. Anak yang mengalami stunting berisiko menghadapi masalah di masa depan, seperti penurunan kemampuan belajar, rendahnya produktivitas, hingga potensi kesehatan yang buruk di kemudian hari.

Stunting di Indonesia telah lama menjadi perhatian karena angka prevalensinya yang tinggi. Masalah ini erat kaitannya dengan ketidakmampuan sebagian besar masyarakat untuk memberikan asupan makanan bergizi, terutama bagi mereka yang berada di wilayah pedesaan dan terpencil. Selain itu, stunting juga dipicu oleh faktor-faktor lain seperti buruknya sanitasi, akses terhadap air bersih yang terbatas, dan tingginya angka penyakit menular pada anak-anak.

Penyebab Utama Stunting di Indonesia

Faktor ekonomi menjadi penyebab utama stunting di Indonesia. Banyak keluarga di daerah terpencil atau dengan penghasilan rendah mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makanan bergizi bagi anak-anak mereka. Situasi ini diperburuk oleh kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai, terutama di wilayah dengan fasilitas kesehatan yang minim.

Di samping itu, pola asuh yang kurang tepat serta rendahnya pengetahuan tentang pentingnya asupan gizi sejak dini juga memperparah masalah ini. Masih banyak keluarga yang kurang menyadari pentingnya pemenuhan gizi selama 1.000 hari pertama kehidupan anak (dari dalam kandungan hingga usia dua tahun). Kurangnya kesadaran ini menyebabkan banyak anak-anak yang lahir dengan risiko tinggi mengalami stunting.

Sanitasi yang buruk juga menjadi faktor penyebab stunting di Indonesia. Banyak daerah yang masih belum memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak, sehingga anak-anak lebih rentan terhadap penyakit infeksi seperti diare. Penyakit infeksi ini mengganggu penyerapan nutrisi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak, yang pada akhirnya meningkatkan risiko stunting.

Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Stunting

Menghadapi masalah stunting yang kompleks, pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk menurunkan angka prevalensinya. Salah satu kebijakan utama adalah penerbitan Perpres No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Kebijakan ini menekankan pentingnya komitmen lintas sektor, mulai dari pemerintah pusat hingga daerah, untuk secara bersama-sama mengatasi masalah ini.

Pemerintah melakukan berbagai intervensi, di antaranya melalui peningkatan kualitas layanan kesehatan ibu hamil dan bayi, penyediaan makanan bergizi, serta edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya asupan nutrisi yang memadai selama masa kehamilan dan awal kehidupan anak. Kementerian Kesehatan juga memperkuat layanan kesehatan dengan menyediakan peralatan kesehatan seperti USG dan alat pengukur tinggi badan yang lebih akurat untuk memantau pertumbuhan anak-anak di berbagai wilayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun