Matahari sudah sangat menyengat. Noni terbangun dengan napas tersendat-sendat. Hampir siang begini, dirinya baru beranjak dari kasur. Entah apa yang terjadi dengannya semalam. Dia berkali-kali jatuh di tengah mimpi tidurnya. Tak bisa berkata apa-apa lagi, Noni langsung pergi keluar kamar.
Sudah tidak ada orang di rumah, sekarang apa yang harus aku lakukan? Gumamnya melihat hingga ke tiap-tiap sudut rumah.
Hal pertama yang terpikir dibenaknya saat itu adalah sarapan. Sarapan pagi yang biasanya sudah disiapkan oleh ibu di balik tudung saji. Noni mendekati meja makan dan membuka tudung saji. Benar saja, lauk dan nasi sudah tersedia di sana.
Gadis itu pun langsung menyantap makanan di depannya. Baru satu kali suapan, terdengar bunyi ‘gedebuk’ dari lantai 2. Suapan kedua, tedengar lagi bunyi yang sama. Begitupun suapan ketiga. Dia pun tak melanjutkan makannya dan pergi mencari ke atas sana suara yang berulang-ulang itu.
Setelah menaiki tangga dan memeriksa ruangan di sana, Noni tidak mendengar bunyi itu lagi. Tapi baru selangkah kakinya menuruni anak tangga, terdengar lagi suara yang sama, kali ini lebih cepat dan keras.
Sebenarnya suara apa itu? Gadis itu membatin dalam hatinya takut sesuatu itu.
Suaranya terdengar dari kamar kak Riyal. Noni membuka pintu kamar itu, dan menyaksikan jendela kaca berulangkali menutup buka, seakan ada orang yang menggerakkannya.
Saat dia mendekat ke depan sana, jendela itu langsung berhenti. Sepintas ada seseorang yang memanggilnya dari luar jendela.
“Noni!” Seru seorang pemuda berteriak kencang. Noni yang penasaran merasa terpanggil untuk melihat ke luar jendela.
Bersamaan dengan itu ada tangan yang menarik rambut hitam panjangnya dengan kuat. Membuat tubuh Noni jatuh menghantam tanah. Sakit luar biasa dan napas yang hilang dirasakan.
Gadis itu pun terbangun lagi di kasur dengan mimpi buruk yang serupa.