Mohon tunggu...
Putri Pratiwi Rumalean
Putri Pratiwi Rumalean Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif Jurusan Hukum, kadang menghabiskan waktu untuk belajar lebih banyak tentang penulisan dan science, khususnya perbandingan relativitas Einstein dan relativitas Galilea. Namun, setelah dipikir-pikir sepertinya aku salah jurusan deh

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pertama: Kenangan yang Jatuh (1)

13 September 2024   20:39 Diperbarui: 13 September 2024   20:40 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Yah, entah kenapa setiap aku memejamkan mata, kegelapan selalu menyerangku. Seberapa kuat aku untuk melawan, hasilnya tetap sama. Monster itu akan selalu menang. Itu benar-benar menyakitkan, percayalah. Rasa sakit yang meruntuhkan seluruh duniamu, membuatmu terluka. Tidak berdarah, tapi bekasnya begitu dalam. Aku bisa melihat cahaya di sana, hanya melihat. Cahaya itu semakin menjauhiku. Tepat hari ini, mari berdoa agar semua akan baik-baik saja. Ini bukanlah hal yang sulit, kan? Kalaupun sulit, tak apa, aku pandai berpura-pura.


Aku terbangun dengan jendela yang terbuka, meninggalkan udara yang begitu dingin. Dengan tubuh yang malas, aku bangun dan menyeret langkahku ke tempat di mana udara dingin muncul. Bukannya langsung menutup jendela, aku malah melamun yang membuat suara angin menghantam wajahku, membuatku semakin lelah menutup jendela. 

Tiba-tiba, aku teringat percakapanku dengan seorang wanita paruh baya di samping toko roti kemarin. Lihat aku, bahkan saat itu aku hanya berkeliaran bosan dan menceritakan hal yang seharusnya tidak kuceritakan kepadanya. Salahkan wanita itu karena terlalu banyak bertanya. Dengan buku yang dipegangnya, dia begitu serius menatapku. Sesaat aku berpikir, apakah aku terlihat menyedihkan dan apa yang dia lakukan saat menatapku dari atas hingga bawah. Wajahku baik, kurasa, begitu juga dengan bajuku. Lupakan saja, tak ada yang salah denganku. Aku akan bertemu wanita itu lagi besok.

Ingatan itu teralihkan dengan suara jendela yang berbunyi dan helaan nafas panjang bukan main. “Ini masih jam 5 pagi. Apa yang kamu pikirkan? Bisa-bisa matahari enggan naik karena wajahmu yang menakutkan itu haha.” Katanya sembari tertawa yang menurutku sangat menyebalkan. Umurnya masih 9 tahun, tapi sudah bisa membuat orang lain emosi. “Halo, aku disini. Ada apa denganmu?” sambungnya dengan cepat. 

Siapapun tolong bungkam mulut anak ini. “Nara, lihat aku!” sambungnya lagi dengan cepat menarik wajahku berhadapan dengannya. Huhh, aku tidak tahan dengan matanya yang bersinar itu. Dia berdiri di depanku, menatapku dengan intensitas yang membuatku merasa tidak nyaman. Matanya berbinar-binar, seperti sedang mengejekku. “Kenapa melamun? Udara di pagi hari sangat dingin, kamu bisa masuk angin,” katanya.

"Ada apa dengan aku? Kamu bertanya ada apa denganku," jawabku sungguh, "yang seharusnya menjadi pertanyaan adalah kamu." Dengan kesal aku menjawab tanpa memberikan lawanku perlawanan sedikit pun, “memanjat lantai dua di jam 5 pagi dengan baju tidur kereta api, baju tipis apa itu, malah yang akan masuk angin adalah kamu, bukan aku” … “ada yang salah dengan pikiranmu.” Tambahku.

Aku mendengar seseorang sedang tertawa yang aku yakin sedang menertawaiku “Ayolah Nara, kamu perhatian ya sama ku?” Ejeknya sambil melihatku. 

Aku memfokuskan pandanganku menatap matanya geram, memberikan tatapan kesal terbaik yang pernah aku punya, “kamu konyol.”

Halaman pertama, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun