Agama dijelaskan kepada manusia untuk memenuhi kewajiban dan haknya yang telah ditetapkan Tuhan Yang Maha Esa melalui kitab suci.Kitab suci sebagai wahyu Tuhan, tidak hanya mengandung berbagai sejarah, sains, hukum-hukum, anjuran moralitas, dan pedoman-pedoman praktis bagi kehidupan manusia beragama, namun juga memuat serangkaian explanation dan deskripsi yang mengisyaratkan bagaimana akan datangnya suatu masa yang menggambarkan keadaan-keadaan yang belum dialami atau terjadi, seperti hari kiamat dan dimensi-dimensi alam akhirat.
Dengan menjadikan akal dan keimanan sebagai kesatuan relasi, kitab suci terjaga dalam mengelaborasikan cita-cita religius, serta mengantar manusia beragama kepada Telos yang bersandar pada kemampuan akal sebagai alat fiksionalitas dan diimbangi dengan keimanan sebagai daya pendirian dalam pencapaiannya.
Akal sebagai alat penghubung fiksi merupakan aktivitas rasio yang melibatkan pengembangan representasi kompleks dari apa yang digambarkan didalam kitab suci, dan diuraikan melalui kesadaran alam pikiran yang menginformasikan seorang penganut agama untuk memotret fenomena-fenomena yang pada dasarnya belum terjadi.
Didalam kitab suci, tidak semua hal bisa didekatkan melalui fiksionalitas. Karena didalam kitab suci juga terdapat uraian-uraian kategoris sebagai seruan Tuhan yang membimbing manusia pada metodologi keagamaan yang menjadi dogma atau prinsip-prinsip dasar keimanan.Â
Selain itu, didalam kitab suci juga terdapat unsur-unsur normatif, yang menjadikan seorang penganut agama dengan penuh kesadaran dan penuh serah dirinya kepada Sang Maha Kuasa untuk menerapkan apa saja yang diperintahkan, dan apa saja yang menjadi hak. Serta apa saja yang menjadi pahala, dan apa saja yang menjadi dosa.
Secara umum, fiksi dapat diartikan sebagai pangkal peralatan pemahaman yang didekatkan kepada rasio manusia beragama dalam mengkonstruksikan berbagai ilustrasi-ilustrasi suatu kejadian yang tertuang didalam kitab suci yang tidak dapat ditawar melalui klaim empiris.
Surat Az-Zalzalah (kegoncangan), adalah salah satu Firman Tuhan didalam Al-Qur'an yang menjelaskan dan mengilustrasikan seperti apa peristiwa kehancuran besar (kiamat) yang nantinya akan melanda alam semesta untuk dapat dijadikan sebagai contoh bagaimana elaborasi fiksi sebagai alat yang menghidupkan konstruksi rasio dalam menggambarkan situasi pada saat itu oleh pengikut agama.
Ringkasnya, fiksi hanyalah suatu alat yang tumbuh secara alami didalam sistem saraf pusat, untuk bagaimana menjadi explanation dan deskripsi dalam mendesain rasio yang dimodalkan oleh Sang Pemberi wahyu dalam menggambarkan kejadian-kejadian yang dimana seorang penganut agama tidak/belum berada dalam masa itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H