Terus terang awalnya saya bingung mau memberi judul apa pada tulisan ini. Sebab, terlalu banyak perspektif yang ditawarkan oleh seorang Rocky Gerung dengan keterbukaan pemikirannya yang melahirkan suasana konklusif dengan serpihan dialektis yang menyentuh gerakan pemikiran ideal.
Jadi, demi pentingnya suatu judul, tanpa ragu untuk saya mengutip perkataan Karni Ilyas yang saya penggal pada saat membuka sesi pendapat Rocky Gerung diacara ILC dengan judul 'Panas Setelah Perppu Ormas', yang dimana Gerung dengan begitu agresifnya mendikte latar belakang keputusan Jokowi itu.
"...renungan Rocky Gerung...", itulah penggalan perkataan Karni Ilyas diacara tersebut untuk saya jadikan sebagai tajuk pada artikel ini.
Sebenarnya saya ingin memberi judul 'Garangnya Rocky Gerung'. Atau pilihan kedua, yaitu menambahkan istilah 'Garang' yang diletakkan didepan judul tulisan ini. Adapun alasan saya untuk meletakkan istilah 'Garang' didepan judul ialah atas karena penguasaan retorika Rocky Gerung dalam menyampaikan berbagai pesan epistemologis yang tidak berkembang secara mantap ditengah hiruk pikuk pragmatisme saat ini.
Tetapi, dengan mendasarkan penghindaran pada problem tekstual yang memungkinkan terjadi, saya menghemat 25% penjudulan, dan memastikan 'Renungan Rocky Gerung' sebagai judul yang didasari atas kekhawatiran saya terhadap penyerapan konteks pembaca.
Terlepas dari problem tersebut, munculnya Rocky Gerung kepermukaan merupakan suatu sinyal munculnya gagasan  konstruktif untuk men-stor ulang hakikat berpemerintahan Indonesia, yang bernaung dibawah payung demokrasi dalam menegakkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat pada skala prioritas.
Saya dan juga sebagian Pembaca pastinya menilai kecurigaan dan kritik Rocky Gerung terhadap performa presiden Jokowi, memiliki ikhtisar dasar yang bersifat rekomendasi bagaimana negara Indonesia diperintah secara hakiki, eksis terhadap konsep ideologi, dan berdimensi revolusioner.
Artinya, Rocky Gerung memberikan pukulan kepada instrumen negara untuk terlepas dari sifat oligarki yang hanya menghasilkan kebijakan-kebijakan tidak populis, sekaligus memacu akselerasi sosio-politik secara rasional agar siap menghadapi dominasi antagonisme politik yang akan mengakibatkan terbunuhnya hakikat bernegara Indonesia.
Dalam pribadi, saya meringkas Rocky Gerung ialah sebagai seorang pembela hakikat yang dipertahankan olehnya melalui dua format akal budi yang sengaja Ia letakkan pada realitas kebuntuan pada suatu teori hakiki. Pernyataan-pernyataan Gerung yang bernada kritis, mewakili dirinya sebagai seorang penganut kritisisme yang sedang menjelaskan suatu keadaan yang harus diintegrasikan kedalam ruangan objektif.
Sebagai contoh, saya nonton video YouTube Rocky Gerung dengan judul 'Pemikiran Sutan Syahrir', yang dimana Gerung mempresentasikan dengan cantiknya mengkomper dinamika bernegara Indonesia hari ini, dan seperti apa spektrum politik Syahrir yang tidak sekedar berbasis  pragmatis, namun memberikan penekanan aspek empirik dalam hal kemandirian bernegara Indonesia.
Dengan demikian, ringkasnya, akal budi seorang Rocky Gerung merupakan suatu hal yang patut menjadi rumusan ilmiah, yang halal dipakai sebagai tujuan untuk mengedepankan hakikat bernegara Indonesia secara fundamental. Dan juga, menjadikan Ia sebagai seorang elit intelektual yang kreatif dalam hal melacak epistemologi bernegara secara rasional-kritis. Dan pemikiran-pemikirannya yang mengakar pada skema filosofi yang dibutuhkan dalam menata substansi suatu fiksi pada kategori ideal.