Akhir tahun 2019 merupakan awal dari sebuah fenomena yang tidak  terlupakan bagi seluruh dunia terutama warga Indonesia. Contagion nimbus masuk  ke Indonesia pada Senin, 2 Maret 2020. Seiring dengan penyebaran contagion yang  cepat, banyak negara terutama Indonesia menerapkan kebijakan pembatasan  sosial dan bekerja dari rumah( WFH) untuk meminimalisir penyebaran Covid-  19. Fenomena ini membuat hampir semua aspek kehidupan mengalami  perubahan signifikan, termasuk cara orang berkomunikasi, bekerja, belajar, dan  menghabiskan waktu luang. Salah satu aspek yang  fading terdampak adalah  perilaku konsumsi digital masyarakat.
 Dengan diberlakukannya kebijakan Work From Home( WFH) dan pembatasan  sosial, perilaku masyarakat dalam mengonsumsi konten digital berubah drastis.  Waktu yang dihabiskan di rumah menyebabkan peningkatan signifikan dalam  konsumsi platform digital, baik untuk hiburan maupun komunikasi. Salah satu  fenomena yang menonjol adalah lonjakan penggunaan aplikasi TikTok. TikTok  dengan cepat dijadikan sarana hiburan bagi semua kalangan usia terutama  remaja selama masa pandemi. Aplikasi ini berhasil memikat pengguna dengan  konten  videotape pendek yang interaktif dan kreatif. Hal ini yang mengubah cara  masyarakat dalam mengkonsumsi media massa.  Inovasi digital menjadi salah satu respons terhadap perubahan perilaku  masyarakat selama pandemi. Banyak perusahaan teknologi yang berinovasi  untuk memenuhi kebutuhan baru konsumen, baik dalam hal hiburan,  komunikasi, maupun produktivitas.
Kehadiran platform digital seperti TikTok,  YouTube, Netflix, dan layanan streaming lainnya menjadi alternatif hiburan bagi  masyarakat yang harus tetap berada di rumah.  Akibat pandemi Covid- 19, masyarakat menghabiskan lebih banyak waktu di  rumah. Hal ini membuat meningkatknya jumlah waktu yang masyarakat  habiskan untuk mengonsumsi konten digital.TikTok menjadi salah satu aplikasi  yang diuntungkan dari situasi ini. Awalnya TikTok dikenal sebagai  videotape  hiburan, tarian, atau tantangan viral. Namun seiring bertambahnya jumlah  pengguna dan kebutuhan informasi, TikTok mulai menawarkan konten yang  lebih bermanfaat, seperti pendidikan, berita, tips kesehatan. Selain itu, TikTok  juga menjadi wadah streaming bagi para penggunanya. Â
Â
                                Sumber: What The Big Data
 Awal tahun 2018, TikTok hanya memiliki sekitar 200 juta pengguna aktif.  Namun ketika masa pandemi melanda, pengguna tikok meningkat secara  signifika hingga mencapai  1,2 miliar pengguna aktif pada akhir tahun 2019  hingga awal tahun 2020. Kebijakan pembatasan sosial dan bekerja dari rumah  WFH) menjadi faktor utama dalam meningkatnya jumlah pengguna aktif tiktok.
 Meningkatnya pengguna tiktok secara signifikan membawa dampak perubahan  konsumsi digital masyarakat. Hal ini dapat di identifikasikan dalam perubahan  pola konsumen terhadap konten- konten Di masa pandemi, tren TikTok terus  berkembang. Pengguna TikTok mulai membuat cerita berbeda yang  mencerminkan sifat epidemi, seperti tantangan menari, meme tentang tinggal di  rumah, dan tips sederhana untuk hidup selama karantina. Selain itu, fitur- fitur  yang masih dikembangkan di TikTok seperti live streaming juga mempengaruhi  pengalaman pengguna. Banyak pembuat konten yang menggunakan fitur ini  untuk berinteraksi langsung dengan audiensnya.
 Meskipun Tiktok membawakan dampak yang positif bagi masyarakat selama  pandemi, Tiktok membawakan beberapa tantangan bagi konsumen.  Diantaranya adalah ketergantungan  contrivance. Banyak konsumen yang merasa  sulit untuk melepas  contrivance mereka. Konsumen Tiktok cenderung telah terbiasa  menghabiskan berjam- jam di depan layar mereka untuk mencari hiburan  selama pandemi. Ketergantungan  contrivance dapat membawakan dampak negatif  seperti penurunan produktifitas hingga gangguan  internal.  Pandemi Covid- 19 Membawakan dampak yang besar bagi masyarakat. Mulai  dari menuntut masyarakat untuk cepat beradaptasi terhadap perkembangan  teknologi. Meningkatnya jumlah pengguna aktif Tiktok menandakan bahwa  teknologi digital telah menjadi bagian tak terpisahkan bagi masyarakat.  Lonjakan tersebut mencerminkan bagaimana pandemi mempercepat adaptasi  masyarakat terhadap perkembangan teknologi dan tranformasi digital. Selain  itu, perilaku konsumen digital telah beradaptasi secara signifikan terhadap  perubahan akibat pandemi. Konsumsi konten digital, terutama pada platform  seperti TikTok sedang berubah. Konsumen tidak mencari hiburan, namun  mencari informasi dan pengetahuan. Metode- metode baru ini tetap bertahan  bahkan setelah epidemi mereda, menunjukkan bahwa digitalisasi telah menjadi  bagian integral dari kehidupan  ultramodern. Â
Daftar Pustaka
-Rohmah, Ainur. "Pandemi Covid-19 dan Dampaknya terhadap Perilaku Konsumen di Indonesia." Jurnal Inovasi Penelitian
-Michelle Malka Grossman. 15 TikTok Facts and Statistics to Know in 2024 | yellowHEAD. yellowHEAD. Published June 10, 2024. Accessed September 17, 2024. https://www-yellowhead-com.translate.goog/blog/tiktok-facts-andstats/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sge#:~:text=1.,akan% 20mencapai%202%2C25%20miliar.&text=Ini%20merupakan%20angka%20yan g%20sangat,dengan%20pertumbuhan%20tercepat%20di%20dunia.
-Topic: Social media use during coronavirus (COVID-19) worldwide. Statista.
Published 2021. Accessed September 17, 2024. https://www.statista.com/topics/7863/social-media-use-during-coronaviruscovid-19-worldwide/#topicOverview
-GilPress. Tiktok Statistics For 2024: Users, Demographics, Trends. What's The Big Data? Published November 29, 2023. Accessed September 17, 2024.
https://whatsthebigdata.com/tiktok-statistics/
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H