Mohon tunggu...
Aldyno Gazza Nugroho
Aldyno Gazza Nugroho Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Saya menulis apa yang ingin saya tulis || Tertarik dengan buku, film, dan anime

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kiat Aman di Zaman Edan

21 Januari 2024   09:47 Diperbarui: 21 Januari 2024   10:10 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis 14 januari 2016 , sebuah bom meledak tak jauh dari Istana Negara, tepatnya di kawasan Jalan M.H. Thamrin, 33 orang menjadi korban atas tragedi tersebut. Aksi teror ini pun kemudian dikenal sebagai Tragedi Bom sarinah.

Menurut UU Nomor 5 Tahun 2018 Pasal 1 ayat (2), terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.

Di Indonesia sendiri , telah terjadi banyak sekali tragedi aksi teror selama ini. Diantaranya adalah tragedi bom sarinah yang sudah disebutkan diatas. Perstiwa ini memakan korban sebanyak 33 orang, 8 diantaranya meninggal dunia dan 25 lainnya menderita luka-luka. Bom Bali 1 ,pada 12 Oktober 2002 , tragedy ini memakan korban sekitar 202 orang.

Lantas apa motif para pelaku aksi terorisme ini ?. Bila meninjau dari dua sampel peristiwa terorisme diatas , motif dari masing masing pelaku relative sama, ideologi dan agama.

Para pelaku terorisme biasanya memiliki ideology yang merujuk pada kekerasan, intoleran, dan menghalalkan segala cara untuk menyebarkan "aliran" mereka. Mereka juga sering mengatasnamakan agama tertentu untuk melakukan penyerangan terhadap agama yang lain.

Banyak faktor yang menyebabkan maraknya aksi teror di Indonesia. Seperti pemahaman agama masyarakat yang kurang, kurangnya pemahaman terhadap ideologi pancasila, hingga faktor ekonomi seperti pengangguran dan kemiskinan.

Terorisme tentu sangat berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Pada aspek ekonomi misalnya, terorisme menyebabkan terhentinya alur distribusi logistik yang menyebabkan terhambatnya roda ekonomi. Begitu juga pendidikan, status bahaya yang disebabkan aksi teror dapat menyebabkan kegiatan belajar mengajar terganggu.

Dampak terburuk dari adanya terorisme adalah tercapainya tujuan aksi terror itu sendiri, ideologi. Terorisme dapat mempengaruhi kondisi mental masyarakat sehingga menyebabkan berkurangnya kepercayaan pada ideology pancasila terutama sila pertama.

Lalu bagaimana cara kita agar terhindar dari pengaruh terorisme ?. Menanggulangi terorisme tidaklah semudah membailkkan telapak tangan, diperlukan kerjasama antar berbagai pihak, terutama antar pemerintah dan masyarakat sendiri

Pemerintah Indonesia sendiri sudah melakukan langkah pencegahan sejak lama. Mulai dari pendekatan keras (hard approach) melalui Detasemen Khusus 88  (Densus 88). hingga pendekatan yang lebih lunak (soft approach) dengan dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Selain dibentuknya badan diatas, paham terorisme juga perlu diberantas untuk meminimalisir resiko. Pendidikan moral, agama, dan pancasila memegang peran penting terhadap hal ini. Pendidikan di sekolah haruslah mendapat dukungan dari pemerintah agar usaha usaha tersebut dapat tersampaikan dengan baik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun