Lagi duduk berdua, Aditya bersama Ayahnya menonton TV di ruang keluarga.
“Nak, menjadi bahagia itu mudah. Banyaklah tersenyum, tinggalkan apa yang membuatmu sakit, dan sering-seringlah bersyukur.”
“Kalo aku nggak ngelakuin 3 hal itu, apa yang bakal terjadi, Pa?”
Ayah menunjuk kearah TV, “Kamu liat porak poranda itu? Kurang lebih kamu akan seperti mereka.”
Aditya melihat layar kaca, lalu menggelengkan kepala, “Pa, aku nggak mau seperti mereka.”
“Kenapa, Adit?”
“Aku nggak pengin hidupku sekacau anggota DPR, Pa.”
“Pintar sekali, anakku.” kata Ayah, mengelus kepala anaknya.
Ibu datang menghampiri, dan duduk disebelah mereka, “Lagi pada nonton apaan sih kok tiba-tiba ngomongin DPR?”
“Berita, Ma, padahal sebelumnya lagi nasehatin Adit soal kehidupan lho.” Ayah memencet tombol remote. “Ganti aja ya, lama-lama jenuh nonton berita Indonesia yang suram terus.”
“Ganti Spongebob aja, Pa!” teriak Aditya, semangat.
Ibu melarang, “Eh, jangan! Itu kan kartun nggak bagus!”
“Mama kok bisa bilang gitu? Apa buktinya?”
Ibu mencoba menjelaskan, “Kan kartun itu abis disemprot sama KPI, Pa, berarti nggak bagus kan?”
“Sebentar-sebentar, coba kita tanya Aditya dulu.” Ayah lalu menepuk bahu anaknya. “Dit, menurutmu kartun Spongebob itu gimana?”
“Lucu, Pa! Kocak sama konyol banget!” bilangnya gembira, lalu mendadak raut muka itu berubah menjadi cemberut. “Mungkin KPI-nya aja yang nggak punya selera humor, Pa.”
Ayah bertanya lagi, “Terus menurut Adit, Spongebob ada pesan moralnya?”
“Ada, Pa! Kayak dari Tuan Krab, aku belajar kalo serakah itu ujungnya bawa sial. Dari Squidward, egois itu pasti merugikan diri sendiri. Dan dari Spongebob, hidup itu bakal lebih indah kalo kita ceria terus.”
Ayah tersenyum mendengar jawaban Adit. Kemudian, ia menengok kearah Ibu, dan menaikkan kedua alisnya, “Gimana? Lebih percaya KPI apa lebih percaya anak kita sendiri?”
“Terserah, Papa deh.” Ibu menghindari tatapan Ayah, ngambek.
Ayah mengganti layar TV-nya dengan Global TV. Acara kartun Spongebob sudah mulai pertengahan, menampilkan tokoh kuning kotak bersama bintang berwarna pink tanpa baju, Patrick. Sofa empuk dan pisang goreng buatan Ibu menemani mereka saat menonton. Sesekali, mereka tertawa bersama melihat tingkah konyol sang tokoh utama.
Mereka tampak menikmati acara keluarga mereka yang begitu simple. Tanpa pergi ke restoran mahal, tanpa liburan ke luar kota. Cukup duduk bersama, menonton dan mengobrol ringan di depan TV. Seakan memperlihatkan bahwa itu saja sudah cukup menambah kehangatan keluarga.
- @aldypradana17
- www.aldypradana.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H