Puntung Rokok Papa dan Selendang MamaÂ
Masih dengan resah dan bara rindu yang tak kunjung surut. Aku berdiri di pojok rumah sambil menatap anak kecil yang berlarian di jalanan, saling berkejaran lalu datang orang tuanya menyuruh anaknya untuk pulang sebab hari sudah sore.Â
"Oh begitu asyik ketika hidup dengan orang tua sepertinya begitu teratur, bukan dikekang"Â
"Aku ingin disuatu hari sambil menikmati hari aku lupa pulang rumah lalu Papa mencariku, Mama cemas memanggilku lalu ketika pulang aku dipukul, dimarahi oh begitu menyenangkan"Â
Sudah terlalu jauh khayalku sebab umurku semakin hari semakin beranjak meninggalkan kekanak-kanakanku. Remaja itu akan datang dan itu sudah pasti aku temui kemudian datang kedewasaan seperti kakak-kakakku yang kesehariannya di lahap habis dengan berpikir, semacam itu aku belum siap melawan dunia yang arusnya begitu deras, jika harus tabah maka harus dibentuk sekarang. Â
Semua fase akan sirna namun rindu akan abadi.Â
" Bro, sibuk? " Tanya temannku yang cukup aktif di kegiatan pemuda gereja.Â
" Sibukan diri ni hahah" Ucapku sambil tertawaÂ
" Kek Gereja yo " Ajak teman tadi.Â
Terasa berat untuk bilang ia atau tidak namun perlahan kata-kata mulai lepas dari ikatannya " Yaudah gas "Â