Mohon tunggu...
Aldy Mizard Hermawan
Aldy Mizard Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Just an ordinary man

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Boikot: Tindakan Bijak atau Impulsif?

14 Juni 2024   21:57 Diperbarui: 14 Juni 2024   21:57 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tindakan Boikot (iStock)

Surabaya - Sebagai seorang mahasiswa, tentu saya tidak bisa tinggal diam dalam menyikapi konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Terdapat berbagai tindakan yang saya lihat tengah viral di media sosial. Salah satu tindakan yang menurut saya cukup ekstrim ialah boikot produk-produk yang berafiliasi dengan Israel. Seringkali diantara kita berpikir bahwa tindakan tersebut merupakan keputusan yang bijak dalam mendukung Palestina. Namun, apakah tindakan boikot ini pada nyatanya merupakan tindakan yang benar-benar bijak? 

Untuk menjawab hal tersebut, kita harus memahami arti dari boikot itu terlebih dahulu. 

Definisi 

Boikot merupakan suatu tindakan kolektif untuk menolak membeli/menggunakan sebuah produk sebagai bentuk protes terhadap perusahaan atau negara tertentu. Tujuan utama dari Tindakan ini ialah untuk mempengaruhi perubahan kebijakan yang dianggap tidak etis. Selain itu, tindakan boikot ini merupakan suatu bentuk dukungan kepada negara yang tengah mengalami konflik.

Konteks Boikot Produk dalam konflik Israel-Palestina 

Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduknya ialah Muslim, memiliki perhatian khusus dalam isu-isu kemanusiaan di Palestina. Banyak pihak di Indonesia tengah gencar melakukan aksi nyata dalam mendukung Palestina, salah satunya ialah melalui boikot produk-produk yang dianggap mendukung Israel. Tindakan tersebut sering diorganisir oleh berbagai kelompok masyarakat, mulai dari organisasi keagamaan hingga LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). 

Boikot sebagai Keputusan Impulsif 

Namun, seringkali boikot dilakukan sebagai reaksi spontan terhadap isu yang viral di media sosial. Keputusan yang dikatakan impulsif ini bisa dipicu oleh emosi dan kurangnya informasi yang mendalam mengenai isu yang diprotes. Hal ini justru dapat mengarah pada tindakan yang merugikan bahkan kontraproduktif. Misalnya saja, ketika suatu produk dianggap dapat merusak lingkungan tanpa bukti yang cukup, maka tindakan tersebut bisa salah sasaran dan tidak memberikan dampak positif seperti yang di harapkan.

Selain itu, tindakan boikot ini juga memiliki kelemahan yang perlu kita pertimbangkan. Salah satu kelemahan tersebut ialah berdampak pada sektor ekonomi dan lapangan kerja. Beberapa produk yang diboikot mungkin memiliki rantai pasok yang telah memperlibatkan banyak pihak, termasuk pekerja lokal kita. Boikot yang tidak terarah bisa merugikan mereka yang tidak terkait langsung dengan konflik. 

Pada lapangan kerja misalnya, ketika kita memutuskan untuk tidak membeli produk dari Mcd, KFC, ataupun starbucks, maka pendapatan yang di dapat oleh pekerja di perusahaan tersebut akan menurun. Jika hal ini terus berlanjut, maka mereka yang bekerja di perusahaan tersebut akan terancam terkena PHK. Bukankah hal ini justru menyengsarakan saudara-saudara kita? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun