Ketika orang bilang bahwa tidak adanya kesempatan, hanya orang kaya yang bisa sekolah, nampaknya hal ini tidak berlaku di Rusia.
Pertama kali datang, sangat terheran heran betapa hampir setiap orang, dari muda hingga tua, dimana saja, mereka lebih senang membenamkan diri dalam bacaan yang mereka baca, daripada bergosip dengan tetangga sebelahnya. sehingga akhirnya kebiasaan lingkungan pun membuat saya mulai mau membaca.
Di Rusia sisa dari jaman komunis dimana segala sesuatu diatur oleh negara masih terasa. semua warga negara memiliki kesempatan untuk sekolah. anak anak di Rusia memiliki kesempatan untuk sekolah secara gratis hingga tingkat paling tinggi. tentunya dengan persaingan yang sehat. Bila berprestasi dan memiliki nilai yang baik, mereka dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi. Bandingkan dengan di Indonesia ?
Anak anak rusia sedari kecil sudah dijejali karya sastra tingkat tinggi. dimana dengan slogan Lenin Belajar, belajar, belajar dan belajar. Â sehingga anak kecil setingkat SD sudah dapat menceritakan kembali secara detil karya karya sastra tingkat tinggi hasil karya Dostoevski, Pushkin dan masih banyak lagi.
Muncul harapan dan keinginan agar anak-anak Indonesia dapat memiliki kesempatan yang sama. Dapatkah hal ini bisa terwujud ??
Semakin majunya teknologi diharapkan dapat memicu kebudayaan membaca. tapi banyak kemajuan kemajuan yang ada dimanfaatkan secara salah. Banyak orang tua yang memberikan dan membiarkan anaknya untuk bermain game di gadget yang dimilikinya. duh ... si anak jadi sibuk dengan dunianya, tapi main game. Saat melihat itu ... wahai para orang tua, jangan jadikan anak anak penerus bangsa menjadi zombie yang sibuk dengan dunianya sendiri.
Ajarkan anak anak untuk membaca, karena kepribadian dibentuk dari kecil. karena masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H