Di dalam kehidupan sosial, perempuan dan laki-laki tentu saja berbeda. Di mana kodratnya laki-laki lebih unggul dibandingkan perempuan. Stigma masyarakat mengenai perempuan masih sama, yaitu perempuan identik dengan urusan rumah dan dapur, sedangkan urusan memimpin atau hal yang lebih di atas identik dengan laki-laki. Sebenarnya perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki, contohnya saja dalam hal memimpin, perempuan bisa saja menjadi pemimpin. Stigma dari masyarakat itu lah membuat perempuan menjadi tidak percaya diri untuk menjadi pemimpin mau pun berpartisipasi di dalam politik. Perempuan memiliki kekuatan yang lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Namun, dengan adanya kemajuan di zaman sekarang membuat perempuan dan laki-laki dapat bekerja di bidang yang sama atau dengan kata lain perempuan mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam memimpin maupun terjun ke dalam politik.
Kepemimpinan selalu identik dengan laki-laki, jarang sekali perempuan menjadi pemimpin dalam berbagai bidang terutama di bidang politik. Mengingat penampilan, ideologi serta cara berpikir perempuan sangat berbeda dengan laki-laki. Namun, itu semua dapat disingkirkan dengan prestasi dan keterampilan yang dimiliki perempuan. Tujuan perempuan dan laki-laki dalam hal memimpin yaitu sama, hanya saja keunggulan laki-laki tersebut menjadi nilai untuk menjadi seorang pemimpin dibandingkan dengan perempuan. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai masalah kekuasaan dan tanggung jawab yang dimana seorang pemimpin mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Kepemimpinan seorang perempuan dapat dilihat dari ambisi dan bentuk kedewasaannya dalam menyelesaikan masalah, tanpa meninggalkan sifat kewanitaannya.
Kualitas dan kelayakan pemimpin perempuan politik di Indonesia
Perempuan sebagai pemimpin mempunyai banyak hambatan, baik itu berasal dari masyarakat maupun budaya. Dilihat dari fisiknya, laki-laki lebih mampu memimpin dibandingkan dengan perempuan. Untuk dapat menjadi seorang pemimpin bagi perempuan tidaklah mudah karena kemampuan yang terdapat di dalam diri perempuan ditunjang melalui latar belakang pendidikan yang menjadi nilai dasar kepemimpinan. Nilai dasar tersebut sebagai arah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila perempuan bisa menjalankan nilai dasar tersebut, maka dalam hal kepemimpinan perempuan dan laki-laki sama, tidak ada bedanya. Kepemimpinan perempuan juga memiliki porsi yang jelas dalam keikutsertaannya sebagai pemimpin membangun bangsa dan negara.
Di dalam politik sendiri, jarang sekali ditemui perempuan ikut berpatisipasi dalam politik, apalagi perempuan menjadi pemimpin didalam politik. Perempuan di Indonesia mempunyai peran penting di dalam politik, bukan hanya sekedar berpartisipasi saja, tetapi suara perempuan sangat berarti di dalam politik. Partisipasi perempuan di dalam politik bukan hanya sekedar pelengkap saja, tetapi perempuan berperan aktif dalam pengambilan keputusan. Perempuan mempunyai kelayakan menjadi pemimpin politik karena sedikitnya perempuan yang terlibat di dalam politik menjadi ajang bagi perempuan untuk bisa maju menjadi pemimpin. Perempuan juga mempunyai kualitas yang bagus untuk menjadi pemimpin karena perempuan mempunyai pemikiran yang unik, mempunyai latar pendidikan yang bagus, dan dapat menyelesaikan masalah serta bertanggung jawab layaknya seorang laki-laki menjadi pemimpin.
Minimnya keterwakilan perempuan sebagai pemimpin dalam politik membuat institusi kurang memiliki sudut pandang perempuan dan hal tersebut akan berdampak pada kesetaraan gender. Di dalam politik, perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama untuk memimpin. Dapat dilihat contohnya yaitu Megawati yang menjadi satu-satunya perempuan yang menjadi Presiden di Indonesia. Selanjutnya R.A. Kartini yang mempunyai teladan penting bagi perempuan Indonesia, beliau menjunjung dan memperjuangkan hak-hak perempuan sehingga perempuan mempunyai sifat yang demokratis dan rasa kepedulian yang tinggi. Realistisnya saja perempuan bisa menjadi pemimpin politik di Indonesia karena jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah laki-laki. Partisipasi perempuan di dalam politik dapat mencegah kondisi yang tidak menguntungkan bagi perempuan dalam hal stereotip terhadap perempuan.
Perempuan mempunyai keahlian dan kompetisi dalam memimpin negara. Hal lain yang bisa dikatakan perempuan mempunyai kelayakan dalam memimpin politik, yaitu pemimpin perempuan mempunyai konsep diri yang positif serta perempuan bisa membangun citra diri mereka yang positif dan baik. Pemimpin perempuan juga mempunyai keyakinan yang kuat dan rata-rata perempuan mempunyai sifat-sifat tersebut. Perempuan mempunyai kualitas yang bisa menjamin dirinya bisa menjadi seorang pemimpin. Buktinya saja banyak prestasi dan keterampilan yang diraih oleh perempuan, membuktikan perempuan memiliki banyak kesamaan dengan laki-laki. Kemampuan tersebutlah yang membuat perempuan memiliki peran ganda, yaitu menjadi wanita karier dan menjadi wanita rumah tangga beserta tanggung jawabnya. Kepemimpinan perempuan dapat dilihat dari ambisinya maupun kesuksesannya dalam membuat stigma masyarakat terhadap dirinya yang menganggap perempuan hanya bekerja di rumah saja.
Kepemimpinan politik perempuan di Indonesia memiliki dampak yang sangat berpengaruh karena dalam politik saja perempuan sangat dibutuhkan, apalagi perempuan menjadi salah satu pemimpin di bidang politik. Namun, itu semua kembali lagi dengan stigma masyarakat dan partisipasi perempuan dalam politik, faktor-faktor yang membuat perempuan tidak mau terjun ke dalam dunia politik harus dihindari karena itulah yang membuat perempuan menjadi tidak mau terjun ke dunia politik. Perempuan memiliki keistimewaan, di mana perempuan bisa menjadi pemimpin dan bisa juga sebagai ibu rumah tangga yang mengurus rumah dan dapur. Tanggung jawab seperti itulah yang tidak dimiliki oleh laki-laki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H