Setelah 75 tahun merampas lahan Palestina, Israel kembali mengeskalasi penjajahannya pada Oktober 2023 sehingga mengakibatkan meningkatnya krisis kemanusiaan dan krisis iklim di Palestina.
Pasca serangan HAMAS pada 7 Oktober 2023, Israel terus menggempur wilayah Gaza dan telah membunuh 11.000 warga sipil Palestina yang nyaris setengahnya merupakan anak-anak.
Krisis iklim tidak dapat dipisahkan dari penjajahan/kolonialisme. Hal tersebut terbukti sejak pendudukan Israel, Palestina mengalami kenaikan suhu di atas rata-rata.
Pendudukan dan berbagai agresi Israel selama 75 tahun telah memperparah dampak krisis iklim di Palestina, terutama kekeringan.
Eskalasi serangan Israel yang saat ini berpusat di Gaza secara khusus menyasar pembangkit listrik, sistem pemurnian air, dan sumber daya air di Gaza. Akibatnya warga yang sudah mengalami kekeringan menjadi semakin sulit untuk mengakses air bersih.
Tanpa infrastruktur air yang memadai, sebagian besar air limbah dibuang langsung ke Laut Mediterania. Warga Palestina di Gaza juga mengonsumsi energi lebih sedikit dari 2% rata-rata konsumsi energi di Amerika Serikat. Namun, dampak krisis iklim yang berkelindan dengan dampak perang membuat warga Gaza menerima efek paling besar akibat ulah manusia.
Aktivitas militer skala besar seperti yang dilakukan Israel di Gaza tidak hanya menghancurkan kehidupan sosial. Perang juga memiliki andil dalam peningkatan gas rumah kaca yang menyebabkan polusi dan krisis iklim.