Mohon tunggu...
Aldo Tona Oscar Septian
Aldo Tona Oscar Septian Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Hukum dengan predikat Cumlaude

Nama saya Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak. Saya merupakan fresh graduate dari Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya dengan gelar Sarjana Hukum predikat kelulusan Cumlaude. Hobi saya yaitu membaca buku dan menulis. Saya mendedikasikan hidup untuk melawan seksisme, rasisme, dan fanatisme. Ayo Follow Instagram : @aldotonaoscar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Penjajahan Israel: Biang Kerok Krisis Kemanusiaan dan Krisis Iklim di Palestina

17 Januari 2024   13:15 Diperbarui: 26 Januari 2024   00:23 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjajahan Israel Terhadap Palestina (Sumber Gambar: cnnindonesia.com)

Setelah 75 tahun merampas lahan Palestina, Israel kembali mengeskalasi penjajahannya pada Oktober 2023 sehingga mengakibatkan meningkatnya krisis kemanusiaan dan krisis iklim di Palestina.

Pasca serangan HAMAS pada 7 Oktober 2023, Israel terus menggempur wilayah Gaza dan telah membunuh 11.000 warga sipil Palestina yang nyaris setengahnya merupakan anak-anak.

Jauh sebelum genosida ini, sejak peristiwa Al Nakba pada 1948 Israel telah melakukan penggusuran paksa, membangun permukiman ilegal, dan menghancurkan lahan pertanian warga. Sama halnya dengan penjajahan pada umumnya, Israel melakukan segala cara untuk mencerabut warga Palestina dari tanah airnya.

Al Nakba adalah peristiwa pengusiran warga Palestina dari tanah air dan tempat tinggalnya, kemudian Israel mendirikan negara mereka di Tanah Palestina tersebut.

Krisis iklim tidak dapat dipisahkan dari penjajahan/kolonialisme. Hal tersebut terbukti sejak pendudukan Israel, Palestina mengalami kenaikan suhu di atas rata-rata.

Sepanjang tahun 1950-2017 kenaikan suhu di Palestina mencapai 1,5 derajat Celcius, sementara kenaikan suhu global adalah sebesar 1,1 derajat Celcius. Dengan kondisi yang terjadi saat ini, Palestina terancam oleh kenaikan suhu sebanyak 3 hingga 5 derajat Celcius pada akhir milenium ini.

Pendudukan dan berbagai agresi Israel selama 75 tahun telah memperparah dampak krisis iklim di Palestina, terutama kekeringan.

Sungai Yordan yang mengaliri Palestina, Yordania, hingga wilayah Israel, terancam kehilangan hingga 80% airnya dalam kurun hanya beberapa dekade saja. Dalam jangka panjang, produktivitas lahan di wilayah tersebut akan berkurang dan menjadi tidak stabil.

Eskalasi serangan Israel yang saat ini berpusat di Gaza secara khusus menyasar pembangkit listrik, sistem pemurnian air, dan sumber daya air di Gaza. Akibatnya warga yang sudah mengalami kekeringan menjadi semakin sulit untuk mengakses air bersih.

Tanpa infrastruktur air yang memadai, sebagian besar air limbah dibuang langsung ke Laut Mediterania. Warga Palestina di Gaza juga mengonsumsi energi lebih sedikit dari 2% rata-rata konsumsi energi di Amerika Serikat. Namun, dampak krisis iklim yang berkelindan dengan dampak perang membuat warga Gaza menerima efek paling besar akibat ulah manusia.

Aktivitas militer skala besar seperti yang dilakukan Israel di Gaza tidak hanya menghancurkan kehidupan sosial. Perang juga memiliki andil dalam peningkatan gas rumah kaca yang menyebabkan polusi dan krisis iklim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun