Kalaulah ada wacana panas dalam beberapa hari terakhir ini, maka pasti wacana tersebut adalah wacana penutupan sejumlah pusat perbelanjaan (Department Store) di berbagai daerah di Indonesia.
Mengapa tidak, penutupan tempat-tempat perbelanjaan itu tak ubahnya masyarakat yang sedang antri menunggu pembagian beras miskin (raskin) di kantor Kepala Desa/Lurah. Giliran, dan satu persatu.
Setelah Seven Eleven (Sevel) serentak tutup di seluruh Indonesia, giliran Matahari yang juga bernasib sama. Tidak sampai disitu, Ramayana juga menutup gerainya di 7 tempat di Indonesia. Disusul Lotus, Debenhams dan Golden Truly.
Asumsi penyebabnya hampir sama, mereka tidak mampu membendung pola belanja masyarakat belakangan ini yang cenderung tidak mau capek dan ribet. Ya, masyarakat saat ini sudah biasa menggunakan aplikasi digital atau yang biasa dikenal dengan belanja online. Tinggal klik,pesan, sampai.
Kalian boleh saja berteriak lantang "pro bisnis online" dengan dalih perkembangan zaman, shopping zaman now, sederhana, simple dan tidak banyak memakan tenaga. Tapi pernahkah kalian berfikir bagaimana nasib para security, Cleaning Sercive, SPG dan karyawan-karyawan lainnya yang terkena PHK di sejumlah ritel tersebut? Bagaimana nasib mereka, bagaimana keluarga mereka, dan persoalan-persoalan lainnya yang menjadi beban mereka setelah terkena PHK massal?
Bisnis online jelas tak banyak membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Satu contoh, Tokopedia, misalnya. Ia hanya memiliki satu kantor yang sekaligus menjadi kantor pusat. Betul, mereka juga membuka lapangan kerja semisal security dan cleaning service (OB), tapi lowongan kerja tersebut tak sebanyak yang dibutuhkan oleh ritel-ritel seperti Ramayana, Matahari, Carrefour, Giant dan lain sebagainya. Ritel-ritel itu memiliki cabang dimana-mana, dan tentu lowongan kerjanya pun akan tersedia banyak dan terbuka dimana-mana.
Posisi pekerjaan ini tentu sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan sejumlah ritel yang tutup tadi. Mereka membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sebanyak-banyaknya. Jumlah security yang dibutuhkan satu cabang ritel saja, bisa melebih jumlah security yang ada di kantor pusat Tokopedia tadi.
Inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat saat ini. Contoh di atas hanya seputar perbandingan lowongan kerja pada posisi security dan cleaning service antara online shop  dan pusat perbelanjaan konvensional. Belum lagi jika membandingkan posisi lainnya semisal kasir, SPG, costumer service dan lain sebagainya. Ini akan sangat jauh dan bahkan berbeda jauh.
Maka, atas fenomena maraknya penutupan sejumlah pusat perbelanjaan di Indonesia belakangan ini, bisa dibayangkan, berapa jumlah pengangguran yang bertambah saat ini?