Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang telah menyelenggarakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) MBKM SKM-Penggerak untuk mahasiswa yang dilaksanakan di 3 (tiga) lokus yakni institusi, masyarakat, dan sekolah. Program ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengimplementasikan ilmu kesehatan masyarakat yang diperoleh untuk mendiagnosis dan melaksanakan upaya pemecahan masalah kesehatan di institusi, masyarakat, dan sekolah berbasis bukti (evidence based decision making).
Salah satu lokus pelaksanaan program PKL MBKM SKM-Penggerak adalah SMAN 3 Magelang, Kelurahan Rejowinangun Utara, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang. Alasan pemilihan sekolah tersebut menjadi tempat dilaksanakannya intervensi adalah Kelurahan Rejowinangun Utara merupakan daerah dengan penemuan kasus stunting tertinggi di Kota Magelang berdasarkan catatan laporan triwulan I tahun 2024 Dinas Kesehatan Kota Magelang.
Salah satu faktor risiko yang berpotensi menyebabkan stunting adalah anemia. Anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 40% anak usia 6-59 bulan, 37% wanita hamil, dan 30% wanita usia 15-49 tahun di seluruh dunia mengalami anemia. Tingginya angka kejadian anemia pada remaja disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C, folat, riboflavin, B12, dan kesalahan dalam mengonsumsi zat besi yang dapat mengganggu penyerapan zat besi.
Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja putri adalah suatu kelompok yang memiliki risiko tinggi mengalami anemia, karena remaja berada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi. Dampak buruk dari anemia pada remaja putri yaitu dapat mengalami penurunan imunitas, konsentrasi belajar, kebugaran, dan produktivitas, serta meningkatkan risiko anak lahir mengalami stunting dalam jangka waktu yang panjang.
Pemerintah telah melakukan beragam langkah untuk mencegah hal tersebut, termasuk salah satunya adalah dengan mengkampanyekan konsumsi tablet tambah darah (TTD) bagi remaja. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bersama wakil humas SMAN 3 Magelang, pemberian penyuluhan anemia pada remaja masih jarang dilakukan. Oleh sebab itu, diperlukan pemberian penyuluhan anemia pada siswa sebagai upaya preventif untuk mencegah stunting sejak dini.
Pelaksanaan penyuluhan ini dilaksanakan pada 17 September 2024 di SMAN 3 Magelang dengan peserta penyuluhan adalah siswa kelas 11 dan 12. Media yang digunakan dalam penyuluhan adalah poster. Untuk mengukur pemahaman siswa tentang anemia, bentuk kuis yang digunakan adalah website quizziz. Pelaksanaan intervensi berjalan lancar dari awal hingga akhir.Â
Akan tetapi, terdapat sedikit kendala dalam pelaksanaan seperti sulitnya mengkoordinasikan beberapa siswa agar mereka menyimak penyuluhan dari awal diberikan materi hingga akhir. Kendati demikian, antusiasme siswa saat setelah diberikan penyuluhan cukup baik dimana dibuktikan dengan beberapa siswa yang aktif bertanya pada saat sesi diskusi dan tanya jawab.
Dengan penyuluhan ini, diharapkan adanya kesadaran siswa mengenai anemia dapat meningkat sehingga mereka lebih peduli terhadap kesehatan diri sendiridan lingkungan sekitar. Poster yang ditempel di mading sekolah juga diharapkan menjadi sebuah sarana edukasi yang dapat diakses siswa kapan saja di lingkungan sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H