Mohon tunggu...
Aldo Marantika
Aldo Marantika Mohon Tunggu... Jurnalis - Berbakti Tanpa Pamrih.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Aldo Marantika (24) : Aktif menulis dan berkegiatan sosial di Kabupaten Pandeglang. Di Kota kelahiran ku ini, aku memulai karier sebagai jurnalis disalah satu media lokal di Banten.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Peringati HUT RI ke 76, Petani Gunungsari Ajak Pemerintah Pikirkan Nasib Lahan Pertanian

17 Agustus 2021   12:39 Diperbarui: 17 Agustus 2021   12:46 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah masyarakat dan petani Gunungsari memperingati HUT RI ke 76 dengan cara membentangkan bendera merah putih di Persawahan Kali Kopi, (dok. Aldo)

Untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke 76, beragam cara dilakukan masyarakat. Seperti hal nya yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Serang, Banten. Yang  membentangkan bendera merah putih, di area persawahan Kali Kidul, Selasa (17/08/2021).

Syafaat, salah seorang panitia perayaan mengatakan, upacara peringatan HUT RI ke 76 ini memang tidak seperti pada umumnya yang mengibarkan bendera diatas tiang. Namun, dalam upacara kali ini pihaknya hanya membentangkan bendera merah putih berukuran 5x3 meter, di atas tanaman padi milik petani setempat.

"Bendera dibentangkan di atas tanaman padi. Sementara sisi-sisi bendera diikat dan dikaitkan ke tiang atau patok sampai sore hari,"kata Syafaat.

Dia juga menjelaskan, kegiatan tersebut sebagai upaya untuk mengajak seluruh elemen, terutama pemerintaj pusat dan daerah, agar memikirkan bagaimana nasib para petani serta lahan persawahan ke depan. Sebab, banyaknya pembangunan, terutama perumahan, semakin mengancam sawah sebagai lumbung ketahanan pangan.

"Bila alih fungsi lahan ini tidak diantisipasi, mungkin suatu saat kita hanya bisa menceritakan kepada anak cucu bahwa dulu ada yang namanya sawah tapi sekarang sudah tidak ada karena semuanya berubah jadi beton,"jelsanya.

Untuk diketahui, meski pelaksanaannya dilakukan secara sederhana, upacara tersebut tetap berlangsung dengan khidmat. (Aldo)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun