Mohon tunggu...
Aldo Kawulur
Aldo Kawulur Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya Aldo, manusia biasa yang senang berbagi pengetahuan juga pandangan. Terkadang, saya juga mebaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Semua Boleh Musnah, Kecuali Buku

17 Mei 2024   07:45 Diperbarui: 17 Mei 2024   07:52 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bercerita soal buku, seketika saya langsung terbayang minat baca Indonesia yang lemah dan sebuah metafora lama yang berkata "buku adalah jendala dunia". Tapi, saya lebih suka memandang buku sebagai lintasan yang menghubungkan berbagai dimensi. Melalui buku kita bisa pergi ke pikiran orang lain yang bahkan sudah meninggal, ke daerah yang belum pernah kita kunjungi dan seperti mesin waktu, kita bisa pergi ke masa lalu.

Buku menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Namun, saya tidak akan menggunakan arti yang sederhana itu. Menurut saya buku adalah media pencatatan dari segala hal. Mulai dari simbol-simbol, angka-angka, keadaan, imajinasi, pandangan, harapan, pesan dan lain sebagainya. Dengan perngertian itu, kita bisa melihat buku sebagai memori kehidupan dan awal kemunculannya jauh sebelum kertas ditemukan.

Sejauh yang kita ketahui, manusia sudah mencatat sejak puluhan ribu tahun lalu melalui coretan, gambar dan simbol-simbol di dinding-dinding goa. Media pencatatan kemudian berevolusi seiring perkembangan hidup manusia. Mulai dari tablet (tanah liat yang dikeringkan) yang ditemukan sekitar 5.300 tahun lalu. Hingga puncaknya pada milenium ke-2 masehi, manusia berhasil membuat mesin cetak, mesin tik, hingga internet dan membuat buku berevolusi menjadi apa yang dimaksud KBBI di atas hingga bentuk digitalnya.

Pembukuan merupakan upaya untuk merekam segala kejadian, menyampaikan pesan, pandangan dan penemuan untuk kehidupan yang lebih baik. Namun, perjalanan evolusioner buku tidak selalu berjalan dengan mulus, di setiap zaman hampir selalu terjadi bibliosida (upaya memberangus, melarang peredaran, dan memusnakan buku).

Masih ingatkah kita dengan penyitaan ratusan buku yang dilakukan oleh aparat negeri ini pada 2018 lalu, atau sedikit lebih ke belakang mengenai larangan peredaran buku Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Hal itu hanya bagian kecil dari bibliosida yang pernah terjadi.

Jika kita lompat jauh ke belakang, kita akan menemui bibliosida hampir disetiap zaman. Fernando Baez telah menulis kejadian-kejadian itu cukup detail dalam karyanya yang berjudul Penghancuran Buku dari Masa ke Masa. Bibliosida dilakukan dengan berbagai kepentingan, mulai dari politis, ideologis dan lain sebagainya. Alasan apapun, bibliosida tidak bisa dibenarkan, hal itu dapat memukul mundur peradaban.

Kita tidak pernah tahu berapa banyak pengetahuan yang hilang sepanjang kejadian tersebut dan seberapa berpengaruhnya pengetahuan itu dalam kehidupan kita saat ini. Mungkin jika hal itu tidak pernah terjadi, peradaban hari ini bisa jauh lebih maju.

Kita bisa membayangkan kalau misalnya, seluruh karya Al-Khawarizmi dimusnakan bersama dengan lebih dari 3 juta buku di Damaskus kala itu, mungkin hari ini kita belum bisa menikmati kemajuan teknologi. Atau misalnya, bagaimana jika buku sejarah yang musnah? saya kira ingatan masalalu kita akan hilang. Apalagi kalau seluruh buku di dunia ini musnah, saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dalam kehidupan setelahnya.

Saya teringat dengan Harari di salah satu acara talkshow yang mengatakan dia menulis buku sejarah salah satunya supaya orang-orang tahu betapa mengerikannya perang di masa lalu dan kita tidak akan mengulanginya. Buku memang selain merawat pikiran, juga dapat memperhalus perasaan. Tanpanya, mungkin hari ini kita masih terjebak dalam kebodohan dengan tangan berlumurkan darah.

Sepanjang masa keberadaan buku selalu dihantui oleh biblioklasme. Untuk mengatasi hal tersebut, kita hanya perlu membaca dan menulis. Dengan membaca, selain dapat mencerdaskan juga dapat melestarikan pengetahuan. Dengan menulis, selain melestarikan pengetahuan juga dapat menyumbangkan pandangan bagi kehidupan. Jika kesulitan, kita bisa memanfaatkan teknologi hari ini yang memungkinkan kita untuk membaca dengan cara mendengar dan menulis dengan cara bercerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun