Alkisah ada seorang pemain gitar yang terkenal hebat. Setiap dia bermain di tengah kota, orang -- orang selalu datang untuk melihat dan mendengarkannya bermain. Dia terkenal di kalangan wanita karena keahliannya bermain, dan di kalangan pria karena membuat mereka cemburu. Dengan memainkan gitarnya yang berwarna merah, dia menarik banyak orang dari desa luar untuk datang melihatnya.
Suatu hari seorang mantan musisi dari desa seberang datang untuk melihatnya bermain, penasaran dengan apa yang dipeributkan orang -- orang. Di dalam hatinya dia iri kepada sang pemain gitar, kenapa gitaris ini bisa terkenal sedangkan dirinya tidak. Saking cemburunya dia termakan amarah, dan dari tengah keramaian dia melemparkan batu ke arah muka si pemain gitar.
Sang pemain gitar tersentak kaget. Selama dia bermain di tengah kota, belum pernah ada orang yang tidak menyukainya, apalagi sampai melempari dia dengan batu. Pikirannya campur aduk, dia kewalahan dengan semua pikiran negatif yang datang di kepalanya. Terdiam dan merasa terkalahkan, dia mulai berjalan ke luar dari kerumunan, dan tidak berhenti hingga jauh dari kota itu.
Setelah itu, tidak ada lagi yang mendengar darinya.
Waktu berjalan, dan sang gitaris dilupakan.
Sekarang di kota sedang ada seorang pemain biola yang digemari banyak orang. Permainannya mengundang banyak pendatang dari desa luar untuk melihat.
Di tengah kota, sekerumunan orang melingkar untuk melihat pemain biola ini beraksi. Dalam kerumunan, seseorang yang membawa gitar merah merunduk, bersiap -- siap untuk mengambil batu.
.
.
.